Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/03/2020, 13:02 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Dibandingkan menerapkan sistem lockdown seperti beberapa negara lain, tes massal menjadi pilihan Presiden RI Joko Widodo dalam menangani infeksi virus corona, yang kini jumlah pasiennya semakin meningkat di Indonesia.

Lantas seberapa pentingnya tes massal ini dilakukan dalam penanganan kasus Covid-19 ini?

Dokter spesialis paru konsultan di Departemen Pulmonologi dan Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr dr Erlina Burhan SpP(K) MSi PhD, mengatakan trace dan tes memang sangat diperlukan dalam menangani wabah Covid-19 ini.

"Seharusnya trace and test harus dilakukan dari awal, mulai dari Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP), harus dites semuanya," kata Erlina dalam diskusi online bertajuk Covid-19: Tantangan Saat Ini dan Alternatif Solusi Berbasis Bukti oleh Mata Garuda, Senin (30/3/2020).

Baca juga: Mengenal Rapid Test Corona, Cara Kerjanya dan Siapa yang Boleh Tes

Namun, diakui Erlina kurang atau minimnya fasilitas laboratorium di Indonesia menjadi salah satu alasan utama tes ini kurang begitu agresif terlaksana.

Rapid test atau PCR?

Erlina mengatakan kebijakan apapun yang dilakukan oleh pemerintah, harus bisa memutuskan rantai penularan. Tetapi, pemeriksaan yang diharapkan adalah pemeriksaan yang cepat dan akurat.

Untuk diketahui, pemerintah mengambil kebijakan tes massal dengan melakukan rapid test antibodi. Rapid test ini bertujuan menyasar antibodi yang dimiliki pasien.

Sedangkan, seseorang dalam masa inkubasi atau belum timbul gejala akan memberikan hasil negatif.

Baca juga: Tes PCR untuk Virus Corona, Benarkah Lebih Efektif Deteksi Covid-19?

Sebab, antibodinya belum bisa terdeteksi saat tes rapid itu dilakukan, tetapi orang itu tetap bisa membawa virus dan menularkan kepada orang lain.

Jadi, hasil negatif pada tes rapid bukan berarti orang itu negatif dari virus corona, SARS-CoV-2, penyebab Covid-19. Hanya negatif memiliki antibodi virus itu saja.

Menurut Erlina, tes yang tepat atau akurat untuk menyasar adanya virus corona, SARS-CoV-2 di tubuh pasien adalah tes PCR sebagai golden standar pendeteksi Covid-19.

Hanya saja, diakui Erlina fasilitas PCR di laboratorium Indonesia sangat sedikit. Sehingga membutuhkan waktu setidaknya 3-4 hari setelah pemeriksaan baru diketahui hasilnya.

Oleh sebab itu, Erlina menyarankan kepada pemerintah untuk meningkatkan fasilitas rapid PCR, karena tes PCR dianggap lebih tepat untuk menentukan pasien tersebut positif atau negatif dari Covid-19, dan supaya hasil pemeriksaan bisa didapatkan lebih cepat lagi.

Baca juga: Gejala Covid-19 Sembuh, Pasien Masih Berpotensi Tularkan Virus Corona

Menemukan pasien positif lebih dini

Sementara itu, mengenai pelaksanaan tes secara masif ini merupakan hal yang penting dilakukan agar dapat menemukan kasus Covid-19 secara dini, dan menekan transmisi pasien positif ke orang lain.

"Ke depannya saya berharap testing ini bisa dilakukan dengan masif. Jadi kota enggak under-diagnosis seperti sekarang," ujar dia.

Baca juga: Meski Sedang Wabah Corona, Jangan Cuci Buah dan Sayur dengan Sabun

Apabila pendeteksian lebih dini dilakukan, maka kasus-kasus ringan akan lebih mudah ditemui.

Sebab, 80 persen kasus harusnya bersifat ringan, 15 persen kasus butuh perawatan biasa dan 5 persen kasus butuh ICU.

"Tracing dan testing (virus corona) harus dilakukan secara masif mencontoh dari Korea Selatan," tuturnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com