Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Studi Ungkap Adanya Peningkatan Peradangan Makrofag Beberapa Bulan Setelah Covid-19 Gejala Ringan

Gejala jangka panjang atau long covid relatif umum terjadi setelah infeksi corona yang parah, tapi juga dapat memengaruhi beberapa individu dengan penyakit ringan sebelumnya.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami penyimpangan kekebalan jangka panjang pada pasien yang telah pulih dari fase akut infeksi.

Untuk memeriksa aspek tersebut, para peneliti menganalisis sampel darah dari 68 orang dengan infeksi Covid-19 ringan sebelumnya dan kelompok kontrol yang terdiri dari 36 orang yang tidak memiliki infeksi corona.

Studi

Para peneliti mengisolasi makrofag di laboratorium dan merangsangnya dengan protein lonjakan, streoir, dan lipopolisakarida (LPS), sebuah molekul yang memicu sistem kekebalan tubuh.

Sel-sel itu kemudian diurutkan RNA-nya untuk mengukur gen aktif. Para peneliti juga mengukur keberadaan molekul pensinyalan eicosanoid, yang merupakan fitur mendasar dari peradangan.

“Tidak mengherankan menemukan sejumlah besar molekul eicosanoid pada orang dengan Covid-19 karena penyakit ini menyebabkan peradangan. Tapi, mengejutkan bahwa mereka masih diproduksi dalam jumlah tinggi beberapa bulan setelah infeksi,” ujar Craig Wheelock.

Studi ini juga menunjukkan konsentrasi leukotrien yang lebih tinggi. Ini merupakan jenis molekul pro-inflamasi yang ditekahui menyebabkan asma.

“Sangat mengejutkan bahwa konsentrasi leukotrien tetap tinggi dalam makrofag pada orang yang menderita Covid-19 ringan,” ujar penulis korespondensi studi Julia Esser-von Bieren, pemimpin kelompok penelitian di Helmholtz Center Munich dan Technical University of Munich.


Sebagai informasi, leukotrien merupakan mediator utama asma, tapi juga terlibat dalam pertahanan host antivirus terhadap influenza.

Peningkatan berkelanjutan setelah infeksi SARS-CoV-2 dapat menyebabkan sensitivitas yang lebih besar terhadap peradangan pernapasan, termasuk bisa meningkatkan kekebalan antivirus terhadap SARS-CoV-2 atau virus lainnya.

Sampel darah dikumpulkan pada dua kesempatan yakni tiga hingga lima bulan setelah infeksi SARS-CoV-2 dan setelah 12 bulan terpapar corona.

Pada tiga sampai lima bulan, sekitar 16 persen melaporkan gejala ringan persisten, sedangkan sisanya bebas gejala.

Adapun pada 12 bulan, tidak ada yang melaporkan gejala persisten dan tidak ada lagi perbedaan penanda inflamasi antara orang-orang yang memiliki infeksi Covid-19 sebelumnya dan kelompok kontrol yang sehat.

Para peneliti mencatat diagnosis pasca infeksi tidak secara khusus diperiksa dalam penelitian ini, sehingga diperlukan lebih banyak penelitian untuk menentukan apakah hasil ini dapat secara langsung dikaitkan dengan apa yang juga dikenal sebagai long covid.

"Kami ingin melakukan studi terkait di mana kami melibatkan orang dengan Covid-19 yang parah dan orang tanpa Covid-19 tapi yang memiliki penyakit pernapasan jenis lain, seperti influenza," kata Esser-von Bieren.

"Kami kemudian akan memeriksa apakah yang menyebabkan pasien Covid-19 juga menimbulkan, katakanlah, influenza musiman," pungkasnya.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/03/17/203000523/studi-ungkap-adanya-peningkatan-peradangan-makrofag-beberapa-bulan-setelah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke