Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tak Hanya Indera Penciuman, Bagaimana Covid-19 Bisa Merusak Kelima Indera?

KOMPAS.com - Kehilangan penciuman dan lidah tidak bisa merasakan makanan, menjadi gejala Covid-19 yang sering dilaporkan pasien. Namun, ternyata Covid-19 juga bisa memengaruhi indera-indera lainnya, selain penciuman dan perasa.

Virus corona SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19 tidak hanya memengaruhi indera penciuman dan indera perasa. Bahkan, sebagian orang mungkin dapat kehilangan salah satu inderanya secara permanen.

Seperti dialami oleh penyintas Covid-19, Michael Goldsmith, seperti dilansir dari National Geographic, Sabtu (2/10/2021), yang menghabiskan 22 hari melawan Covid-19 di ICU rumah sakit pada Maret 2020 lalu.

Kendati akhirnya kondisinya pulih dari Covid-19, namun ia kemudian menyadari bahwa ia kehilangan sebagian besar indera pendengaran di telinga sebelah kiri. 

Selama ini, kehilangan indera penciuman dan indera perasa atau indera pengecap secara tiba-tiba, adalah sesuatu yang banyak ditemukan pada pasien Covid-19. Namun, baru-baru ini, menjadi jelas bahwa infeksi Covid-19 juga dapat memengaruhi penglihatan, pendengaran, dan sentuhan.

Dalam jangka pendek dan jangka panjang, virus SARS-CoV-2 ini dapat mempengaruhi semua cara kita memandang dan berinteraksi dengan dunia.

"Meskipun tidak mengancam jiwa, kehilangan salah satu dari indera ini melucuti senjata, terutama yang tiba-tiba seperti yang terjadi dalam konteks infeksi ini," kata Jennifer Frontera, profesor neurologi di NYU Grossman School of Medicine.

Lantas, bagaimana Covid-19 bisa merusak lima indera kita?

Covid-19 pengaruhi indera pendengaran

Goldsmith menyadari kemampuan indera pendengaran dari telinga kirinya berkurang setelah sembuh dari Covid-19.

Dalam International Journal of Audiology edisi Maret, para peneliti meninjau studi kasus yang diterbitkan dan laporan lain tentang gejala Covid-19. Mereka memperkirakan bahwa gangguan pendengaran telah terjadi pada sekitar 8 persen pasien yang memiliki Covid-19, sementara sekitar 15 persen mengembangkan tinnitus.

Kendati mekanismenya tidak sepenuhnya dipahami, tetapi para ahli menduga bahwa penyakit ini dapat mempengaruhi tuba eustachius, yang menghubungkan telinga tengah dengan tenggorokan.

"Dengan infeksi virus apa pun, Anda dapat mengalami disfungsi tuba eustachius, yang dapat menyebabkan penumpukan cairan di telinga tengah, (bagian telinga) ini bertindak sebagai peredam mekanis pada gendang telinga,” jelas Elias Michaelides, profesor otolaringologi di Rush University Medical Center di Chicago.

Michaelides menjelaskan, setelah seseorang sembuh dari penyakitnya, dalam banyak kasus saluran eustachius akan terkuras dan indera pendengaran akan kembali normal, meskipun bisa memakan waktu beberapa minggu.

Sementara itu, untuk memulihkan indera pendengaran karena dampak infeksi Covid-19, mengonsumsi dekongestan oral dan menggunakan semprotan steroid hidung dapat membantu mempercepat drainase, kata Michaelides.

Akan tetapi, jika virus merusak neuron sensorik di telinga bagian dalam atau koklea, gangguan pendengaran tiba-tiba dapat terjadi, dan mungkin permanen.

Bagaimana tepatnya kerusakan saraf ini terjadi tidak jelas, meskipun mungkin ada hubungannya dengan kemampuan Covid-19 untuk memicu serangkaian efek inflamasi dan kerusakan pembuluh darah kecil.

Dampak Covid-19 pada indera penglihatan

Pasien lain yang terinfeksi Covid-19 juga melaporkan hilangnya penglihatan mereka.

Sebuah studi yang diterbitkan tahun lalu di BMJ Open Ophthalmonology menemukan bahwa sensitivitas cahaya, mata sakit, dan penglihatan kabur adalah beberapa gangguan mata yang umum dialami pasien Covid-19.

Dalam penelitian yang melibatkan 400 pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit, peneliti menemukan 10 persen mengalami gangguan mata, termasuk konjungtivitis, perubahan penglihatan, dan iritasi mata.

"Jelas ada viral load di mata yang menyebabkan gejala, tetapi itu tidak berarti itu selalu menyebabkan penyakit jangka panjang di mata," kata rekan penulis studi Shahzad I. Mian, seorang profesor oftalmologi dan ilmu visual di University of Michigan Medical School.

Kendati demikian, beberapa dokter menemukan bahwa virus SARS-CoV-2 dapat meningkatkan risiko pembekuan darah di seluruh tubuh, termasuk di pembuluh darah di retina, yang dapat menyebabkan penglihatan kabur atau kehilangan penglihatan pada tingkat tertentu, jelas Julia A. Haller, dokter mata-in-chief di Wills Eye Hospital, Philadelphia.

Jika seseorang mengalami perubahan indera penglihatan yang mungkin terkait dengan Covid-19, penting bagi mereka untuk menemui dokter mata sesegera mungkin.

"Beberapa bentuk kehilangan penglihatan dapat diobati dengan obat-obatan, tergantung pada seberapa banyak kerusakan yang terjadi," kata Haller.

Indera peraba mati rasa

Indera peraba seseorang juga dapat terpengaruh akibat infeksi Covid-19, karena penyakit ini telah terbukti menyebabkan gejala neurologis yang persisten.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada Mei 2021, para peneliti mengevaluasi 100 orang yang tidak dirawat di rumah sakit karena Covid-19 tetapi memiliki gejala yang berkelanjutan.

Mereka menemukan bahwa 60 persen mengalami mati rasa dan kesemutan 6-9 bulan setelah timbulnya penyakit mereka.

Kadang-kadang gejala tersebut menyebar ke seluruh tubuh, dalam kasus lain, mereka terlokalisasi pada tangan dan kaki.

Masalah dari gejala hilangnya kemampuan indera peraba, tidak dipahami dengan baik, tetapi kemungkinan besar berhubungan dengan peradangan lokal dan infeksi lokal dari virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 pada saraf.

Hal itu disampaikan Igor Koralnik, seorang profesor neurologi di Northwestern Feinberg School of Medicine dan kepala divisi penyakit neuroinfeksi dan neurologi global di Northwestern Memorial Hospital di Chicago.

"Dalam kebanyakan kasus, (mati rasa dan kesemutan) membaik seiring waktu. Semua orang pulih dengan kecepatan mereka sendiri" katanya.

Dalam beberapa kasus, kesemutan dan gejala neuropati lainnya dapat diobati dengan obat-obatan seperti gabapentin, obat yang digunakan untuk mencegah kejang dan meredakan nyeri saraf.

Hilang indera penciuman dan perasa

Kehilangan penciuman yang disebabkan oleh virus telah ada sebelum orang melaporkan hilangnya indera penciuman saat terinfeksi Covid-19.

Akan tetapi, menurut ahli, persentase orang yang mengalami disfungsi atau kehilangan penciuman jauh lebih tinggi dengan virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 ini dibandingkan dengan jenis infeksi lain.

Sebuah tinjauan studi yang diterbitkan pada tahun 2020 menemukan bahwa dari 8.000 subjek dengan Covid-19 yang dikonfirmasi, 41 persen mengalami masalah dengan penciuman dan 38 persen melaporkan masalah dengan indera perasa.

Ketika orang yang tertular Covid-19 kehilangan indera penciumannya, suatu kondisi yang disebut anosmia, mereka kehilangan indra penciuman secara menyeluruh, tidak hanya dengan satu jenis aroma.

"Dengan Covid-19, kebanyakan orang tidak memiliki banyak gejala hidung, namun kehilangan penciuman bisa cukup parah. Kami percaya ini berasal dari kerusakan sel sustentacular yang hidup di hidung dan sangat rentan terhadap infeksi virus,” kata Justin Turner, profesor bedah THT-kepala dan leher di Vanderbilt University Medical Center dan direktur Pusat Bau dan Rasa Vanderbilt.

Namun, Turner menjelaskan, ketika orang pulih dari Covid-19, sel yang beregenerasi dapat beraksi dan membuat neuron fungsional baru.

Hal ini memungkinkan kebanyakan orang untuk mendapatkan kembali indra penciuman mereka enam sampai delapan minggu setelah infeksi Covid-19, tetapi tidak semua orang melakukannya.

Sedangkan kehilangan indera perasa biasanya berjalan seiring dengan hilangnya penciuman, kata Michael Benninger, profesor dan ketua departemen otolaryngology-bedah kepala dan leher di Cleveland Clinic Lerner College of Medicine.

“Kami tidak melihat orang yang benar-benar kehilangan indera perasa (dengan infeksi Covid-19). Ketika orang kehilangan indra penciuman, rasa mereka berkurang (artinya, kemampuan mereka untuk membedakan rasa yang berbeda hilang). Jika indera penciuman kembali, rasa juga kembali," kata Benninger.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/10/03/110200823/tak-hanya-indera-penciuman-bagaimana-covid-19-bisa-merusak-kelima-indera-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke