Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

[POPULER SAINS] Kenapa Puluhan Nakes Meninggal Meski Sudah Vaksin? | Alasan Wanita Pernah Hamil Tak Boleh Jadi Donor Plasma Konvalesen

KOMPAS.com - Tercatat 949 tenaga kesehatan meninggal karena Covid-19. Dari jumlah tersebut, 20 dokter dan 10 perawat meninggal walaupun telah menerima vaksin Sinovac beberapa bulan lalu.

Fakta di balik kematian puluhan tenaga kesehatan kita menjadi perhatian masyarakat.

Ini adalah salah satu berita populer Sains Kompas.com edisi Minggu, 4 Juli 2021.

Selain itu, plasma konvalesen sedang dibutuhkan banyak orang. Namun, plasma konvalesen tidak bisa diambil dari sembarang orang, termasuk wanita yang pernah hamil. Apa alasannya?

Perbedaan varian Delta dan varian Kappa hingga risiko orang yang tidak divaksin juga menjadi berita lain yang layak disimak.

Berikut ulasannya:

1. Tiga kemungkinan tenaga kesehatan meninggal meski sudah divaksin

Dokter spesialis paru-paru dari Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta, Faisal Yunus, mengatakan terdapat tiga kemungkinan mengapa tenaga kesehatan yang telah mendapatkan vaksin namun tetap meninggal akibat Covid-19.

Kemungkinan pertama, nakes tersebut terkena virus sebelum atau saat proses vaksinasi sehingga vaksin belum membentuk antibodi.

"Vaksin pertama itu belum punya daya tahan antibodi. Itu baru mengkondisikan atau mempersiapkan antibodi. Vaksin kedua baru mulai memproduksi antibodi dan hasil maksimal itu setelah satu bulan," kata Faisal.

Kedua, adalah pengaruh varian baru di mana vaksin dibuat untuk melawan varian lama sehingga ada kemungkinan vaksin tidak berfungsi dengan baik.

Faktor ketiga adalah karena vaksin yang digunakan tidak efektif dalam melawan virus corona, terutama varian baru.

Baca penjelasan selengkapnya ahli di sini:

Kenapa Puluhan Tenaga Kesehatan Meninggal Meski Sudah Vaksin Sinovac?

2. Wanita yang pernah hamil tidak boleh jadi donor plasma konvalesen

Wanita yang pernah hamil tidak boleh menjadi donor plasma konvalesen. Ini merupakan syarat mutlak untuk mendonorkan plasma bagi pasien Covid-19. Memangnya apa yang terjadi pada tubuh wanita yang pernah hamil sehingga mempengaruhi plasma darah?

Perempuan yang pernah hamil tidak bisa mendonorkan plasmanya untuk pasien Covid-19 karena darahnya mengandung HLA yang terbentuk selama kehamilan. HLA adalah singkatan dari human leukocyte antigen. Ini merupakan antibodi yang berfungsi untuk menentukan reaksi tubuh jika menerima transfusi atau donor organ.

Antibodi HLA dilaporkan menjadi penyebab terjadinya tranfusion related acute lung injury (TRALI) pada tranfusi darah. TRALI adalah kondisi edema paru atau paru yang membengkak disertai hipoksia. TRALI terjadi pada 6 jam pertama setelah dilakukan transfusi darah.

Menurut laporan di American Red Cross pada tahun 2003 hingga 2006 terdapat 75 persen kasus fatal TRALI akibat transfusi plasma disebabkan karena donor adalah wanita dengan HLA positif.

Selengkapnya baca di sini:

Alasan Wanita yang Pernah Hamil Tak Boleh Jadi Donor Plasma Konvalesen

3. Beda varian Kappa dan Delta

Varian Covid-19 Kappa B.1617.1 telah ditemukan di wilayah DKI Jakarta. Sama seperti varian Delta B.1617.2, Kappa adalah varian yang pertama kali ditemukan di India.

Varian virus corona Delta pertama kali diidentifikasi di India dan saat ini telah dilaporkan di lebih dari 80 negara.

Delta merupakan varian yang sangat mudah menular sehingga membuat otoritas kesehatan di banyak negara semakin khawatir.

“Varian Delta sedang dalam perjalanan untuk menjadi varian dominan secara global karena peningkatan penularannya,” ujar Kepala Ilmuwan World Health Organization (WHO), Soumya Swaminathan.

Varian Covid-19 Kappa pertama kali ditemukan di India dan kini kasus infeksinya telah sampai di Indonesia.

Beberapa bulan yang lalu, para peneliti mulai memperhatikan ada strain mutan yang tengah berkembang di India.

Mereka menyebutnya sebagai mutan ganda, namun memang mungkin ada belasan mutasi yang menyebabkan varian baru.

Para ahli kesehatan mengungkapkan kekhawatirannya bahwa Kappa, seperti Delta, menjadi varian yang jauh lebih mudah menular.

Selengkapnya baca di sini:

Varian Kappa Ditemukan di Jakarta, Ini Bedanya dengan Varian Delta

4. Tidak divaksin? Awas risiko long covid mengintai

Setahun teleh berlalu, pandemic Covid-19 belum juga usai. Sebagian Negara lain sudah mulai merayakan ‘kebebasannya’, tapi masih banyak Negara yang masih berjuang ‘melawan’ virus corona.

Belum lama ini, The Washington Post menemukan, bahwa kasus Covid-19 meningkat di tempat-tempat di mana tingkat vaksinasi Covid-19 masih rendah.

Padahal, vaksin yang tersedia terbukti sangat efektif dalam mencegah orang mengembangkan kasus Covid-19 yang parah.

Penyebaran varian delta dan varian lainnya membuat para ahli khawatir, bahwa orang yang tidak divaksinasi dapat menularkan versi virus yang lebih kuat dan berbahaya dalam beberapa bulan mendatang.

Selain risiko kematian dan rawat inap yang lebih tinggi, orang-orang yang belum divaksin Covid-19 juga berisiko lebih tinggi mengalami long covid.

Menurut CDC, kasus long covid dapat terjadi pada orang-orang yang terinfeksi Covid-19 dengan gejala ringan dan bahkan mereka yang benar-benar tanpa gejala.

Selengkapnya baca di sini:

Risiko Orang yang Tak Divaksin Covid-19, Salah Satunya Long Covid

https://www.kompas.com/sains/read/2021/07/05/070200423/populer-sains-kenapa-puluhan-nakes-meninggal-meski-sudah-vaksin-alasan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke