Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Rencana Ilmuwan Buat Kapal Nabi Nuh di Luar Angkasa, Kenapa Pilih Bulan?

KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu, ilmuwan mengumumkan rencana mereka untuk membuat sebuah 'Bahtera Nuh' di Bulan.

Presentasi rencana yang diumumkan di IEEE Aerospace Conference, Minggu (7/3/2021) mengungkapkan jika bahtera akan menjadi tempat untuk mengawetkan sperma, telur, serta benih jutaan spesies Bumi.

Ilmuwan menyebut itu semua dilakukan sebagai upaya jaga-jaga kalau suatu saat Bumi dilanda peristiwa apokaliptik yang menghancurkan alam atau melenyapkan sebagian besar umat manusia, masih ada tombol reset yang dapat mengembalikan spesies-spesies punah di Bumi.

Namun apa yang membuat para ilmuwan memilih membuat bahtera itu di Bulan?

Mengutip Live Science, Senin (15/3/2021) Bulan menjadi pilihan tepat sebagai bahtera yang dibangun di luar Bumi, karena lokasinya yang dekat dengan planet kita.

Untuk menuju Bulan hanya diperlukan perjalanan empat hari dari Bumi. Itu artinya, akan lebih mudah untuk mengangkut sampel daripada harus membawanya ke Mars.

Sementara menurut Jekan Thanga, penulis utama dan kepala laboratorium Eksplorasi Robot Antariksa dan Terestrial (SpaceTREx) di Universitas Arizona untuk membangun bahtera di orbit sekitar Bumi dianggap tak cukup aman pula karena ketidakstabilannya.

Membangun bahtera di bulan juga memiliki kelebihan lainnya. Bahtera dapat disembunyikan dengan aman di dalam terowongan atau gua yang terbentuk oleh lava (lunar lava tube).

Lunar lava tube akan melindungi bahtera dari serangan meteor dan radiasi yang merusak DNA.

Lunar lava tube ini, nantinya juga akan menjadi calon tempat ideal untuk membangun kota di Bulan.

"Mungkin ada sebanyak 200 Lunar lava tube yang cocok untuk bahtera itu," kata Thanga.

Namun untuk menemukan mana yang paling cocok, peneliti mengusulkan terlebih dahulu untuk memetakan Lunar lava tube menggunakan robot yang dirancang khusus untuk menjelajahi gua dan terowongan secara mandiri.

Rencananya, robot yang diberi nama Robot SphereX itu akan mampu melompat-lompat pada gravitasi rendah Bulan dan memetakan Lunar lava tube menggunakan kamera dan LIDAR-metode penginderaan jauh yang menggunakan cahaya dalam bentuk laser untuk mengukur jarak.

Setelah robot mengidentifikasi Lunar lava tube yang sesuai maka tahap konstruksi pun dapat dimulai.

Membangun bahtera

Bahtera akan mencakup dua bagian utama di atas dan di bawah tanah. Sampel genetik sendiri akan disimpan dalam modul cryostorage di dalam Lunar lava tube yang akan dihubungkan ke permukaan dengan lift.

Di permukaan, susunan komunikasi dan panel surya akan memungkinkan bahtera dikelola secara otonom dan kunci udara akan membebaskan pengunjung manusia.

Membangun bahtera akan menjadi tantangan logistik yang besar, tetapi Thanga mengatakan, bahwa misi bulan mendatang oleh NASA dan Badan Antariksa Eropa (ESA) akan meletakkan dasar untuk jenis proyek konstruksi ini.

Selain itu, mengangkut sampel ke bulan akan menjadi aspek yang paling menantang dan mahal dalam membangun bahtera.

Setidaknya perlu 250 peluncuran roket untuk mengangkut semua materi genetik tersebut.

"Ini akan menelan biaya ratusan miliar dolar untuk membangun bahtera dan mengangkut sampel," kata Thanga.

Tapi tantangan belum berhenti sampai di situ. Agar sampel diawetkan secara kriogenik, sampel harus disimpan pada suhu yang sangat rendah antara minus 180 hingga minus 196 derajat Celcius.

Ini berarti tidak praktis menggunakan manusia untuk menyortir dan mengambil sampel dari modul cryostorage. Lagi-lagi robotlah yang harus melakukan pekerjaan berat tersebut.

Masalahnya, pada suhu rendah seperti itu, robot akan membeku. Solusinya, menurut para peneliti adalah menggunakan levitasi kuantum.

"Anda dapat mengumpulkan benda-benda yang telah ditandai bersama, sehingga Anda dapat menggerakan robot melalui levitasi. Seolah-olah mereka memiliki tali tak terlihat yang melekat," jelas Thanga.

Sayangnya, teknologi tersebut belum memungkinkan. Jadi, hanya masalah waktu sebelum seseorang mengetahui cara melakukannya.

Meski begitu, peneliti yakin jika umat manusia dihadapkan pada krisis eksistensial yang akan segera terjadi, bisa jadi teknologi itu dapat segera terealisasi.

"Ini adalah proyek yang membutuhkan urgensi nyata, agar banyak orang cukup bersemangat untuk mengejarnya. Saya pikir bisa dicapai dalam 10 hingga 15 tahun jika diperlukan," tambah Thanga.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/03/15/200500323/rencana-ilmuwan-buat-kapal-nabi-nuh-di-luar-angkasa-kenapa-pilih-bulan-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke