Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ahli Gizi: Jangan Sumbang Makanan Ultra-Proses untuk Pengungsi Korban Bencana

Pasalnya, sumbangan pangan harus memerhatikan kebutuhan gizi dan kebermanfaatan berkelanjutannya.

Seperti diketahui, sejak awal Januari hingga Februari 2021 ini, pengaruh cuaca ekstrem berupa hujan lebat, berdurasi lama yang disertai angin kencang hingga gelombang tinggi banyak berdampak pada bencana hidrometeorologi (banjir, tanah longsor, pohon tumbang) di sejumlah wilayah tanah air Indonesia.

Selain potensi bencana hidrometeorologi, tanah air Indonesia juga dihadapkan dengan potensi gempa bumi yang bisa terjadi kapan saja.

Bahkan, di awal tahun 2021 ini sudah terjadi 2 kali gempa merusak yang menyebabkan runtuhnya bangunan-bangunan, korban luka hingga meninggal dunia.

Berkaitan dengan banyaknya tragedi bencana ini, dokter, filsuf dan ahli gizi komunitas, Dr dr Tan Shot Yen M Hum menyampaikan satu hal yang sangat penting diperhatikan, yaitu persoalan gizi para korban bencana.

Tan menegaskan, konsumsi untuk korban bencana yang harus tersedia bukanlah makanan yang sekadar bisa disediakan, tetapi harus aman untuk dikonsumsi para korban di pengungsian. 

Hal ini penting, agar makanan hasil sumbangsih para sukarelawan dan pemerintah, yang dikonsumsi di pengungsian, tidak menjerumuskan para pengungsi korban bencana pada gangguan kesehatan di masa mendatang.

Untuk diketahui, makanan yang dimakan dalam bentuk aslinya, tanpa melalui proses pengolahan secara teknologi, disebut makanan tidak diproses (unprocessed food), contohnya buah, sayur, telur, dan lainnya.

Sedangkan, makanan ultra-proses (ultra-processed food/UPF) adalah bagian dari makanan yang diproses dan telah ditambahkan perisa, gula, lemak, ataupun berbagai bahan kimia pengawet makanan dalam pembuatan makanan ultra-proses. 

Contoh jenis makanan ultra proses adalah es krim, kecap, saos, sereal berperisa, mie instan, nugget dalam kemasan, sosis, produk berbahan terigu, dan lain sebagainya.

Jangan sumbang makanan ultra-proses

Jika ingin membantu para korban bencana, dr. Tan menyarankan untuk mengirim makanan yang kaya manfaat.

"Jangan membuat para pengungsi terpaksa mengonsumsi makanan yang dimasak dari hasil campuran produk makanan ultra-proses (UPF)," ujar dr.Tan kepada Kompas.com, Senin (8/2/2021) .

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, penelitian ilmiah telah menyelidiki hubungan antara tingkat konsumsi makanan ultra proses dan kesehatan.

Peningkatan konsumsi makanan ultra-proses menyebabakan peningkatan nafsu makan dan kenaikan berat badan yang lebih besar, daripada konsumsi makanan yang tidak diproses, meskipun jumlah kalorinya sama.

Dampak buruk makanan ultra proses bagi kesehatan adalah sebagai berikut:

- Obesitas

- Asma pada anak-anak

- Mengi pada anak-anak

- Peningkatan berat badan berlebihan

- Diabetes tipe 2

- Penyakit jantung dan pembuluh darah

- Kanker

- Depresi

- Sindrom iritasi usus besar

- Dispepsia

- Kelemahan atau kelelahan otot

- Semua penyebab kematian pada orang dewasa

Dr. Tan menekankan, hingga saat ini tidak ada penelitian yang menemukan manfaat konsumsi makanan ultra-proses (UPF) bagi kesehatan.

"Banyak produk tidak dibutuhkan tubuh justru bikin masalah. Sehingga, makanan yang benar (makanan alami) malah enggak bisa dimaka,n karena sudah terlanjur kenyang atau lidahnya sudah kecanduan," kata Tan.

Sumbangan makanan kaya manfaat

Berikut beberapa daftar sumbangan makanan yang kaya manfaat untuk korban bencana:

1. Rebusan

Sumbanglah makanan jadi yang siap dilahap oleh korban bencana, tetapi yang bergizi dan mengeyangkan para pengungsi, seperti aneka bahan pangan yang bisa direbus.

Di antaranya adalah aneka ubi, singkong, talas dan pisang kepok.

2. Buah 

Upayakan sumbangan yang diberikan juga memenuhi kebutuhan nutrisi mereka, seperti protein dan serat, agar para korban bencana tidak mengalami gangguan pencernaan selama di pengungsian.

Buah belum dikupas seperti jeruk, salah dam manggis bisa jadi pilihan yang baik.

3. Camilan penuh gizi 

Selain dua kategori pangan di atas, camilan penuh gizi juga bermanfaat untuk para pengungsi.

Misalnya telur pindang, roti sumbu berbumbu (kukusan singkong ditambah abon), lepet kacang merah atau lepet kacang tolo.

Tan menyayangkan, saat ini pengirimana makanan yang kaya manfaat untu para pengungsi korban bencana, masih jadi kepedulian lembaga donatur atau swadaya  masyarakat.

Padahal, menurutnya, persoalan ini harusnya merupakan inisiatif dinas terkait, didukung kepala desa, lurah, camat, bupati hingga gubernur.

Selain itu, kebijakan dalam menyumbang makanan bergizi dan kaya manfaat juga harus dilakukan oleh kader, termasuk PKK.

"Dibutuhkan relawan yang paham gizi juga," tegasnya.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/02/09/110500723/ahli-gizi--jangan-sumbang-makanan-ultra-proses-untuk-pengungsi-korban

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke