Jika penyakit hati tidak berangsur hilang selama bulan Ramadhan, maka tak heran jika banyak dari kalangan umat Islam ketika puasa hanya mendapatkan lapar dan haus saja, tidak pahalanya sebagaimana sabda Rasulullah “Berapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja.” (HR. Ibnu Majah).
Maka Ramadhan adalah momentum terbaik untuk melakukan healing yang sedang tren. Jika biasanya di medsos healing diterjemahkan dengan melakukan aktivitas yang didasari oleh materi, maka bulan Ramadhan adalah waktu yang tepat melakukan healing yang didasari non-materi.
Paling tidak, Ramadhan bisa dijadikan bulan ladang pahala untuk penganutnya, bagaimana caranya? Yakni dengan cara banyak melakukan ibadah dan kebaikan-kebaikan, seperti memberi, tidak marah, banyak belajar, membaca Al Quran, memaafkan, tidak emosional, bukankah healing terbaik, termurah, dan sejati hanya ada dalam bentuk kebaikan-kebaikan?
Bahkan, tidurnya kita dalam bulan Ramadhan bisa diganjarkan pahala, karena tidur akan berpotensi terhindarnya kita dari aktivitas yang dapat membatalkan pahala puasa, dan ini adalah kebaikan yang sangat mudah dilakukan.
Dalam Islam kita sering mendengar istilah kemenangan atau kebahagiaan. Dalam azan misalnya, ada redaksi hayya ‘alal falah yang artinya mari kita menuju kebahagiaan. Tentang bagaimana dan apa itu kebahagiaan ini kita bisa mengambil makna kebahagiaan yang dijelaskan oleh filsuf muslim yang bernama Al Farabi, dalam kitabnya yang berjudul Al Siyasat Al Madaniyah, disebutkan bahwa ia mendefinisikan kebahagiaan dengan kebaikan-kebaikan mutlak. Semua yang menjadi sarana menuju kebahagiaan adalah sesuatu yang baik, dan yang menghalangi menuju kebaikan adalah tindak kejahatan.
Al Farabi juga menyebutkan ciri-ciri seseorang yang menjadikan kebahagiaan sebagai tujuan hidup (dunia dan akhirat), pertama yakni mengetahui apa itu kebaikan, dan mengarahkan langkah hidupnya ke sana.
Kedua, membiasakan melakukan kebaikan-kebaikan dan dilakukan secara berulang-ulang berdasarkan niat dan kemauan. Hal ini senada dengan pepatah yang biasa kita dengar “siapa yang menanam, maka ia akan menuai hasilnya”.
Begitu juga dengan melakukan kebaikan, akan mendapatkan hasil yang baik pula. Misalnya seseorang yang menanam kebaikan seperti hobi membaca buku, ia akan mendapatkan dampak baik seperti bertambahnya ilmu, intelektual yang terasah, update terhadap informasi, dan tidak mudah termakan hoaks, inilah contoh dari kebahagiaan atas kebaikannya itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.