Pertama, ikhlasul ubbad
Yaitu, ikhlasnya orang yang ahli ibadah yang selamat dari sifat riya’ baik yang terang maupun yang samar, dan juga terhindar dari sesuatu yang ada bagian nafsunya.
Ikhlas jenis ini hanya beramal karena Allah, bukan karena niat lain. Bukan berpuasa karena ingin agar badannya lebih langsing.
Bukan pula berpuasa karena ingin badannya lebih sehat, atau berpuasa agar ingin bisa diterima dan terkesan sholeh di komunitasnya. Tidak.
Ia hanya berpuasa karena ingin mendapat pahala dan juga karena takut disiksa oleh Allah SWT. Artinya, kalau tidak ada pahala dan ancaman siksa, hamba ini tidak akan melakukan puasa.
Kedua, ikhlasul muhibbin
Ikhlasnya orang yang cinta. Ikhlas pada tingkatan ini adalah ikhlas seorang hamba yang pada saat beramal hanya bertujuan untuk mengagungkan kebesaran Allah SWT.
Tidak ada yang lain. Ia puasa atau amalan baik lainnya bukan karena mengharapkan balasan di surga atau juga bukan karena takut dimasukkan di neraka sebagaimana yang dilakukan oleh hamba pada tingkatan ikhlasul ubbad.
Ia melakukannya semata karena hamba itu hanya ingin memuliakan penciptanya. Contoh tingkatan ikhlas ini seperti apa yang dilakukan oleh Robi'ah al-Adawiyah.
Robi'ah adalah salah seorang ulama sufi perempuan yang lahir di Basrah sekitar tahun 95 H (717 M), yang melakukan ibadah bukan karena takut neraka atau ingin dimasukkan surga, tetapi semata karena cintanya kepada Allah SWT.
Ketiga, ikhlasul arifin
Ikhlas orang yang arif, yaitu hamba yang menyaksikan bahwa Allah SWT betul-betul sendirian mengatur gerak-gerik dirinya, dan segala yang dilakukannya.
Hamba ini tidak berani mengklaim kebaikan apa-apa, meski ia melakukannya. Sebab ia meyakini bahwa semua yang dimilikinya: harta, kekuasaan, tangan, kaki, anggota badan lainnya adalah pemberian-Nya.
Bahkan semua amalan ibadah yang dilakukannya itu karena digerakkan oleh Allah, sehingga ia merasa tidak pantas untuk meminta apapun, karena sejatinya ia tidak memiliki apa-apa, semua pemberian dari Allah SWT.
Bagaimana mungkin ia merasa berbuat baik dengan memberi banyak sedekah kepada para faqir miskin, namun ternyata harta yang diberikan adalah harta pemberian-Nya.