JAKARTA, KOMPAS.com - China, Jepang, dan Korea Selatan mendominasi volume investasi hotel pada kuartal ketiga 2023. Ketiganya mendominasi kesepakatan bisnis hotel di kawasan regional Asia Pasifik.
Hal ini sekaligus merupakan indikasi tingginya minat investor di tengah pemulihan pariwisata.
Ketiga negara tersebut secara kolektif menyumbang 86 persen aktivitas investasi hotel di kawasan Asia Pasifik.
“China dan Jepang secara konsisten menjadi pasar yang paling likuid karena skalanya yang besar dan aktivitas pasarnya yang luas,” kata CEO Asia Pasifik JLL Hotels & Hospitality Group Nihat Ercan.
Di Jepang, daya tarik investor meningkat, didorong oleh beberapa faktor termasuk lemahnya yen dan kondisi pembiayaan yang lebih baik dibandingkan dengan destinasi regional lainnya.
Baca juga: Bobobox Ganti Nama Hotel Kapsul Jadi Bobopod
Salah satu transaksi penting adalah penjualan Hyatt Regency Tokyo senilai 460 juta dollar AS kepada dana investasi KKR dan Gaw Capital Partners pada bulan Maret 2023, yang tetap menjadi transaksi aset tunggal teratas di Asia Pasifik tahun ini.
Namun, meskipun Jepang merupakan negara asing dengan volume yang lebih tinggi, aktivitas investasi hotel secara keseluruhan masih terus menghadapi hambatan pada tahun yang ditandai dengan tingginya suku bunga dan tekanan inflasi.
Volume investasi di Asia Pasifik mencapai 5,9 miliar dolar AS dalam sembilan bulan pertama tahun ini, turun 40 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Jumlah ini menyumbang hampir seperlima dari volume investasi hotel global.
Hotel mewah unggul
Sementara Korea Selatan telah mengalami peningkatan signifikan dalam kinerja penjualan yang dipimpin oleh segmen hotel mewah.
Pada bulan Juli, perusahaan real estat yang berbasis di Singapura, City Developments Ltd mengakuisisi Nine Tree Premier Hotel Myeongdong II dari Shinhan Asset Management Co. Korea Selatan dalam kesepakatan senilai 140 miliar won atau ekuivalen 107,2 juta dollar AS.
Baca juga: Baru Sebulan, Progres Hotel Nusantara di IKN Disebut Capai 35 Persen
Hampir semua hotel mewah di Asia Pasifik telah melampaui tingkat pendapatan per kamar yang tersedia atau revenue per available room (RevPAR) sebelum pandemi selama sembilan bulan pertama tahun 2023.
“Sejak awal pandemi, segmen kelas mewah baik di destinasi perkotaan maupun resor telah menarik minat yang signifikan dari investor domestik dan internasional,” kata Ercan.
Hotel-hotel mewah semakin dianggap sebagai aset berharga karena kinerjanya yang tangguh dan pemulihan yang cepat.
Katalis untuk investasi
Secara lebih luas, di seluruh sektor, RevPAR di wilayah ini mencapai 95 persen dari tingkat sebelum pandemi, dengan pemulihan penuh diperkirakan terjadi pada paruh pertama tahun 2024.
“Antisipasi peningkatan jumlah wisatawan internasional di seluruh Asia Pasifik menjelang akhir tahun kemungkinan akan menaikkan tingkat hunian di tengah tingginya tingkat tarif harian rata-rata atau average daily rate (ADR),” kata Ercan.
Baca juga: 2 Bulan Sebelum Pemilu, Permintaan Hotel Diprediksi Meningkat
Meskipun katalis yang jelas bagi pemulihan ini adalah kembalinya sektor pariwisata, ada faktor-faktor lain yang juga berkontribusi terhadap peningkatan volume tersebut.
Misalnya, sebagian besar transaksi di China berasal dari penjualan lelang aset hotel yang mengalami kesulitan di kota-kota dengan kinerja rendah.
Para investor, khususnya investor institusi, individu dengan kekayaan tak berseri atau high net worth individual (HNWI), telah mengincar China sebagai pasar utama untuk investasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.