BANGKA, KOMPAS.com - Pendangkalan muara Aik Kantung di Sungailiat, Bangka, Kepulauan Bangka Belitung (Babel) semakin mengkhawatirkan.
Kapal nelayan yang berbobot di atas 5 gross tonage (GT) tak bisa lagi melintas dengan leluasa.
Selain pendangkalan juga terjadi penyempitan alur muara yang menjadi pintu masuk Pelabuhan Jelitik.
Seorang nelayan bernama Saipul (48) mengaku terkendala untuk melaut karena terlebih dahulu harus menunggu air laut pasang.
Dia yang menggunakan kapal 5 GT dengan mesin 100 PS harus menunggu empat sampai lima hari untuk melaut. Itu pun harus menunggu laut pasang dalam, agar kapalnya bisa bergerak dari lokasi tambat.
"Kalau perahu kecil atau speedboat dengan mesin tempel masih bisa lewat. Tapi kami 5 GT ke atas tak bisa lagi," kata Saipul di muara Aik Kantung, Senin (21/8/2023).
Baca juga: Sedimentasi Pasir Laut di Bangka Akan Segera Dilelang
Menurut Saipul, masa tunggu air pasang yang tidak menentu, menyebabkan aktivitas nelayan terganggu.
Padahal saat ini untuk mendapatkan hasil tangkapan seperti cumi dan ikan juga semakin sulit. Selain itu nelayan harus mengeluarkan biaya ekstra jika harus melaut terlalu jauh.
Sekali melaut dengan masa lima hari, Saipul harus merogoh modal hingga Rp 5 juta. Modal tersebut untuk bahan bakar, batu es hingga operasional awak kapal.
Sementara hasil tangkapan berkisar 100 kilogram yang terdiri dari cumi dan ikan. Bahkan untuk cumi saja, rata-rata nelayan hanya bisa membawa pulang 30 kilogram.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.