Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai Diuji Coba Terbatas, Ini Pekerjaan Rumah LRT Jabodebek

Kompas.com - 17/07/2023, 11:41 WIB
Aisyah Sekar Ayu Maharani,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Yang paling menarik perhatian adalah pintu kereta dan platform screen door (PSD) atau pintu pembatas di ujung peron yang tidak presisi atau tidak berhenti di titik yang pas.

"Jadi ini perlu adjustment atau istilahnya kalau dalam perkeretaapian itu kalibrasi," ujar Deddy kepada Kompas.com.

Pintu kereta LRT Jabodebek cenderung lebih tertutup ke kanan yang sehingga dikhawatirkan akan membuat penumpang, khususnya difabel, merasa kesulitan.

LRT Jabodebek menggunakan standar Grade of Automation (GoA) level 3 yang pengoperasian kereta dilakukan secara otomatis tanpa masinis.

Tetapi, pengoperasioan kereta mensyaratkan masih terdapat petugas operasional di dalam kereta untuk penanganan kondisi darurat.

"Mungkin masih perlu di-setting atau dikalibrasi supaya lebih presisi. Mungkin masih perlu waktu, kalau normal itu bisa sampai 3 tahun untuk mencapai titik kalibrasi," imbuh Deddy.

Bahkan menurut Deddy, MRT Jakarta pada awalnya juga membutuhkan waktu kalibrasi pintu kereta dan PSD selama 3 tahun, padahal mereka memiliki masinis.

Solusi lain yang mungkin bisa dilakukan adalah dengan merekonstruksi PSD menyesuaikan pintu kereta.

Selanjutnya adalah masalah penarikan dan pengereman yang kurang halus, sehingga bisa membahayakan penumpang yang berdiri.

"Ini masih trial, kita berharap untuk operasional Agustus mungkin lebih smooth," imbuh Deddy.

Kemudian yang tidak kalah penting adalah mengenai kursi prioritas untuk penumpang difabel, lanjut usia, ibu hamil dan penumpang yang membawa bayi.

Kursi prioritas di LRT Jabodebek masih kurang menarik perhatian karena warna semua kursi sama, yakni biru muda.

Kursi difabel di LRT JabodebekKompas.com/Aisyah Sekar Ayu Maharani Kursi difabel di LRT Jabodebek
Namun, ada satu kursi di setiap gerbong yang bisa dilipat dan ditandai dengan signage difabel dan ruang kosong di sebelahnya untuk meletakkan kursi roda.

"Paling tidak warna kursinya beda. Selain itu signage-nya juga terlalu kecil, disabilitas dan manula mungkin kurang bisa membaca," tutup Deddy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com