Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr. Eng. IB Ilham Malik
Dosen Prodi Perencanaan Wilayah & Kota ITERA

Ketua Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota ITERA. Wakil Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Bidang Kajian Kebijakan Transportasi

Meluruskan Pemaknaan Transportasi Hijau

Kompas.com - 08/07/2023, 13:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sebab ini akan berkorelasi pada prinsip yang kedua, yaitu masalisasi memfasilitasi pergerakan masyarakat.

Pada saat ini seluruh rute angkutan umum perkotaan, kecuali Jakarta, Semarang dan Solo, memiliki pola berbeda dengan sumber bangkitan dan sumber tarikan perjalanan dalam wilayah perkotaan.

Hal inilah yang menyebabkan perkembangan angkutan umum perkotaan di Indonesia tidak berjalan dengan baik.

Belum lagi jika ditambah dengan faktor sarana dan prasarana pendukung penggunaan angkutan umum. Misalnya, kondisi halte dan terminal yang tidak memiliki kenyamanan tinggi.

Masalah lain, jalan akses dari asal perjalanan menuju ke halte atau ke terminal yang jalur pedestriannya tidak representatif bagi semua lapisan masyarakat.

Jadi memang harus ada pembenahan secara gradual dari sisi sistem transportasi perkotaan agar bisa masuk dalam kategori menerapkan transportasi hijau.

Rute yang dibangun haruslah sesuai dengan kebutuhan masa depan, tetapi tidak mengabaikan kecenderungan pergerakan yang terjadi pada saat ini.

Itulah sebabnya, pengembangan transportasi hijau yang berkaitan dengan masalisasi mobilisasi pergerakan masyarakat harus dikaitkan dengan penataan tata ruang kota.

Karena tata ruang kota yang baik akan melahirkan bangkitan dan tarikan perjalanan yang juga baik.

Jika dalam penataan ruangnya tidak memiliki kepastian jumlah bangkitan dan tarikan pada masa depan, maka sudah pasti sistem transportasi perkotaannya tidak akan bisa menjawab dengan benar tantangan dalam penyediaan angkutan umum perkotaan, baik dari sisi jumlah maupun kualitas.

Pada sisi lain, penataan kota dari sisi tata ruang kotanya akan melahirkan pola pergerakan yang tidak mengandalkan sepenuhnya kendaraan pribadi untuk menghubungkan sumber bangkitan dengan sumber tarikan perjalanan tadi.

Karena penataan ruang yang baik akan menciptakan bangkitan dan tarikan perjalanan dalam jarak yang pendek.

Masyarakat memang akan cenderung menggunakan kendaraan pribadi jika ada jarak yang sangat jauh antara sumber bangkitan di mana mereka berada, dengan sumber tarikan perjalanan di mana mereka akan tuju.

Ketika perjalanan yang jauh tidak dapat difasilitasi oleh angkutan umum, maka masyarakat akan menggunakan kendaraan pribadi, baik mobil maupun sepeda motor.

Sehingga bisa kita katakan, dua zona yang menimbulkan bangkitan dan tarikan perjalanan, dan mereka memiliki jarak yang jauh antara satu zona dengan zona lainnya, menjadi faktor penyebab utama munculnya fenomena kemacetan lalu lintas di dalam wilayah perkotaan.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com