Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Lokasi Rumah Subsidi Selalu Jauh dari Pusat Kota? Ini Jawabannya

Kompas.com - 09/06/2022, 13:18 WIB
Aisyah Sekar Ayu Maharani,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Rumah subsidi menjadi salah satu pilihan favorit para pencari hunian.

Sesuai dengan namanya, artinya pembeli rumah ini mendapatkan bantuan dari pemerintah, sehingga bisa mendapatkan rumah dengan harga miring.

Namun pada umumnya, rumah subsidi berlokasi di wilayah yang jauh dari pusat kota. Mengapa demikian?

Pengamat properti Panangian Simanungkalit mengatakan, harga tanah yang layak untuk membangun rumah subsidi adalah Rp 160 jutaan.

Selain itu, harga tanah untuk rumah subsidi juga tidak boleh lebih mahal dari Rp 200.000 per meter persegi.

Baca juga: Ketahui Beberapa Kriteria Rumah Subsidi Layak Huni, Apa Saja?

"Lokasi untuk harga tanah seharga itu hanya ada di lokasi yang berjarak 30-50 kilometer dari pusat Kota Jakarta," kata Panangian kepada Kompas.com, Kamis (9/6/2022).

Jelasnya, hal ini yang menyebabkan lokasi rumah subsidi kian jauh dari pusat kota seiring berkembangnya kota.

"Karena kenaikan harga tanah yang terus terjadi," tambah Panangian.

Namun, tak hanya harga tanah yang diatur, harga bangunan rumah subsidi juga dibatasi yakni sekitar Rp 1,5 juta per meter persegi.

Mendukung pernyataan tersebut, Wakil Ketua Umum Real Estat Indonesia (REI) Bambang Ekajaya mengibaratkan hal ini seperti kembali ke hukum pasar.

Baca juga: Harga Material Bangunan Naik, Ini Dampaknya pada Rumah Subsidi

"Dengan harga dibatasi dan spesifikasi diatur, otomatis untuk bisa menjaga harga rumah subsidi sesuai batasan harga maksimal dari pemerintah, maka rumah subsidi hanya bisa di bangun di area-area remote yang jauh dari kota" ungkap Bambang kepada Kompas.com.

Menurut Bambang, untuk mendukung mobilitas penghuni rumah subsidi, diperlukan akses transportasi umum yang memadai.

"Untuk itu perlu support dari pemerintah untuk melengkapi kawasan rumah subsidi dengan akses transportasi yang memadai baik KRL ataupun terminal bus," pungkas Bambang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com