Namun, faktanya hingga waktu yang dijanjikan, pembangunannya tidak pernah selesai.
Sejak awal, rumah yang dibeli Luthfi itu memang telah terbangun sekitar 50 persen konstruksi.
Artinya, dia tidak membeli hunian yang masih berupa tanah datar melainkan merupakan peralihan dari orang lain.
"Saya ditawari satu slot unit kosong bekas orang, jadi nggak berupa tanah kosong, tetapi sudah terbangun sekitar 50 persen konstruksi. Namun, hingga April 2021, rumah itu tetap nggak selesai," tutur dia.
Selain Luthfi, Suci Mutiha Rahman (27), yang juga karyawan swasta di Jakarta, ikut menjadi korban dari penipuan perumahan bodong tersebut.
Suci bahkan membeli rumah secara kontan seharga Rp 250 juta menggunakan uang pinjaman yang diperolehnya dari salah satu bank pelat merah.
"Saya pakai nama abang saya untuk mengajukan pinjaman ke bank. Rumah itu saya beli secara cash. Karena saya mikirnya, dari pada bayar cicilan ke bank dan developer setiap bulannya, lebih baik saya pilih salah satu saja biar tidak memberatkan," ungkap Suci.
Pengembang lagi-lagi memberikan janji manis, dengan memastikan rumah Suci selesai dibangun dalam waktu hanya beberapa bulan.
"Saya bayar awal tahun 2021, dan hingga pertengahan tahun belum ada progresnya. Bahkan Desember 2021 itu pun masih berupa tanah kosong. Saat dikonfirmasi alasannya ada masalah manajemen, kontraktor dan sebagainya," tuturnya.
Segudang kejanggalan terjadi
Karena hal tersebut, keduanya pun mulai menemukan sejumlah kejanggalan terutama pada saat melakukan pengecekan di lapangan.
Lutfhi mengatakan hampir setiap akhir pekan rutin mengecek progres pembangunan rumah tersebut.
Namun, faktanya tak ada satu pun pekerja atau tukang bangunan yang menggarap perumahan itu.
Salah seorang mandor yang ditemuinya bahkan mengaku menghentikan proses pekerjaan karena pengembang belum membayar gaji para tukang.
"Mereka bilang nggak dibayar sama pengembang makanya mereka off alias nggak mau melanjutkan pekerjaan," tutur dia.
Tak hanya itu, masalah lain yang kemudian ditemui Suci adalah perizinan yang belum dikantongi pengembang. Informasi ini dia dapatkan dari warga di lingkungan sekitar perumahan.
Pengembang baru membayar sebagian saja dari pembelian tanah milik warga. Hal itu juga dikhawatirkan oleh sejumlah pembeli lainnya yang telah menempati hunian.
"Banyak warga yang sudah menghuni rumah itu pun khawatir mengenai status tanahnya seperti apa," ucap dia.
Kejanggalan lainnya yaitu mekanisme pembayarannya yang tidak melalui lembaga keuangan atau perbankan syariah melainkan hanya melalui rekening atas nama pribadi.