Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Penyebab Kondisi Jalan di Indonesia Tak Semulus Singapura

Kompas.com - 25/01/2022, 19:30 WIB
Ardiansyah Fadli,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Buruknya jalan di Indonesia sudah umum diketahui dan dikeluhkan oleh banyak orang.

Jalan rusak, retak, dan berlubang ada di sejumlah titik jalan tol, dan non-tol, di seluruh Indonesia.

Kondisi ini berbeda jauh jika dibandingkan dengan mancanegara seperti Singapura, Malaysia, atau Uni Emirat Arab.

Ketiga negara tersebut dikenal dengan jalannya yang mulus, bagus dan berkualitas. Bahkan, kualitas jalan di Singapura, merupakan yang terbaik di dunia.

Baca juga: Kualitas Jalan di Singapura Terbaik di Dunia, Bagaimana Indonesia?

Lalu, pertanyaannya mengapa kualitas jalan di Indonesia tak sebagus mereka?

Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio mengatakan pembangunan jalan di Indonesia terlalu dikejar target sehingga mengabaikan kualitas.

Bahkan, menurutnya, jalan tol yang dibangun lima tahun belakangan umumnya berada di tanah dengan kematangan buruk karena dikejar target.

"Sementara penanganan alam dan tanah tidak bisa diterobos dengan cara lain kecuali memang harus sabar," kata Agus saat dihubungi Kompas.com, Selasa (25/01/2022).

Hal ini jelas beda jauh dengan pembangunan jalan di luar negeri seperti ketiga negara tersebut di atas.

"Di luar negeri, misalnya Singapuar dan Malaysia saja, pembangunan jalannya benar, tidak dikejar target, kematangan tanahnya juga dipikirkan," ucapnya.

Selain itu, banyak kontraktor jalan di Indonesia yang kurang memahami penanganan kondisi lahan suatu daerah.

Agus menjelaskan, kontur tanah di Indonesia sangat beragam. Tidak semua tanahnya memiliki kepadatan yang sempurna.

"Ada tanah urug, tanah gambut, tanah rawa seperti di Sumatera Selatan, itu penanganannya harus khusus tidak bisa terburu-buru," ucapnya.

Menurut Agus, membangun jalan tidak hanya mengecor, membuat perkerasan, hingga meletakkan pondasi tiang pancang.

Baca juga: Hati-hati, Januari-April 2022 Ada Perbaikan Besar-besaran di Tol Terpeka dan Kapal Betung

Sebelum itu semua dilakukan, setiap kontraktor harus bisa memastikan dan menangani kondisi permukaan tanahnya terlebih dahulu.

Di Jawa misalnya yang didominasi tanah urugan, harus dilakukan merata lapis demi lapis. Lapis pertama harus rata, matang, dan rigid.

"Sampai tidak bergerak lagi baru timpa di atasnya lagi dan nanti kalau sudah matang dan menyatu semua, tidak ada rongga-rongga, baru dicor atau diaspal," jelasnya.

Dengan penanganan tanah yang salah, maka akan berdampak buruk bagi kualitas jalan yang dibangun, seperti mudah retak, ambles hingga berlubang.

"Terlebih di Sumatera yang banyak kendaraan seperti truk pengangkut logistik dengan muatan hingga puluhan ton. Kalau tidak benar penanganan tanahnya, maka jalan yang dibangun pasti akan mudah rusak," tutur dia.

Komposisi pembuatan coran buruk

Agus menyebut komposisi material coran jalan di Indonesia juga terbilang buruk.

"Saya membuktikan, bahwa pada waktu di jalanan diperbaiki sekarang itu batunya tidak di-crashing, tidak diremukkan jadi dia lepas dari coran semennya, sehingga mudah rusak," kata dia.

Padahal, material batu untuk coran jalan seharusnya di-crashing terlebih dahulu agar kualitasnya lebih baik.

"Kontraktor tidak melakukan itu dengan alasan menghemat. Nah menghemat atau dikorupsi saya tidak tahu. Itu yang menyebabkan jalan di Indonesia mudah rusak, bergelombang dan sebagainya," tuturnya.

Jika kemudian ada penilaian kualitas jalan Indonesia buruk dibanding Malaysia atau negara lainnya, imbuh Agus, karena faktanya demikian.

"Beda penangannya, beda pula hasilnya. Di sini asal bangun, dan cepat-cepat. Di mancanegara harus pas betul," lanjutnya.

Pembangunan jalan yang asal-asalan dan terburu-buru ini justru akan menimbulkan ongkos lebih besar dan mahal, karena mudah rusak.

"Sehingga dapat dipastikan bahwa biaya operasi, perawatan, perbaikan yang dibebankan kepada operator jalan tol sangat mahal," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com