Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teknologi 3D Printing Resmi Digunakan Pemerintah Bangun Rumah Khusus

Kompas.com - 22/01/2022, 19:00 WIB
Ardiansyah Fadli,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tahun 2022, teknologi 3D printing atau cetak tiga dimensi resmi diterapkan untuk pembangunan rumah khusus (rusus) oleh Direktorat Jenderal Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).  

Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR Iwan Suprijanto menuturkan, teknologi ini telah diuji-coba pada program rumah tapak di Yogyakarta.

Teknologi 3D sangat membantu dalam merealisasikan pembangunan perumahan. Selain lebih efisien dalam hal waktu pengerjaan, juga biaya, dan tenaga kerja.

Menurut Iwan, saat ini ada sekitar 23 juta pekerjaan yang akan digantikan secara otomasi pada 2030 mendatang.

Namun demikian, akan ada 27 hingga 46 juta pekerjaan baru dan 10 juta di antaranya adalah jenis pekerjaan yang belum pernah ada sebelumnya.

Baca juga: Rumah Cetak 3D Ini Dibangun Hanya dalam 12 Jam

Hal ini tidak berarti kehadiran Artificial Intelligence (AI), Drones, dan Robotics akan menggantikan peran manusia seluruhnya.

Sebaliknya justru akan menjadi tantangan agar para insinyur dan pekerja konstruksi terus meningkatkan kompetensinya.

"Industri konstruksi merupakan industri yang masih rendah dalam proses digitalisasinya (smart contrusction). Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor terutama kemampuan digital yang masih rendah," ujarnya. 

Rendahnya digitalisasi dalam sektor kontruksi disebabkan oleh kondisi kurangnya sumber daya manusia khususnya tenaga Insinyur.

Dari total tenaga kerja konstruksi sejumlah 8,2 juta orang, di antaranya merupakan SDM kurang memiliki keahlian.

Kondisi ini menjadikan Indonesia berada di posisi terendah dalam pemenuhan kebutuhan Insinyur dari beberapa negara di ASEAN.

Kurun 2020-2024, Direktoran Jenderal Perumahan menargetkan pembanunan 51.340 unit rumah susun, 10.000 unit rumah khusus, 813.660 unit rumah swadaya, 262.345 unit PSU perumahan.

"Untuk mencapai target Program Perumahan tersebut kami membutuhkan insinyur yang tersertifikasi," terangnya.

Ke depan, Direktorat Jenderal Perumahan juga akan mengevaluasi program sejuta rumah menjadi 1,5 juta hingga 2 juta per tahun.

Hal itu guna menyesuaikan dengan backlog yang terus bertambah per tahunnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com