Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membaca Peta Persaingan Cloud Kitchen di Jakarta, Ini 7 Pemainnya

Kompas.com - 10/04/2021, 13:52 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Konsep virtual kitchen atau dapur virtual mulai berkembang di Jakarta di tengah tren pengiriman makanan (food delivery) yang sedang hits belakangan ini.

Dapur virtual atau kerap disebut sebagai dapur awan, dikenal juga sebagai ghost kitchen, adalah restoran virtual yang beroperasi hanya untuk layanan pengiriman.

Tidak seperti restoran konvensional pada umumnya, cloud kitchen tidak selalu memiliki area tempat duduk untuk makan di dalam atau bahkan di depan toko. 

Merebaknya tren dapur virtual ini, menurut riset Savills Indonesia dipicu empat faktor utama.

Pertama adalah tren pengiriman makanan yang melonjak secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir yang dipicu oleh maraknya pengembangan super app.

Baca juga: Meski Masih Pandemi, Jabodetabek Tambah Enam Mal Baru

Pandemi Covid-19 juga mempercepat lebih banyak transaksi pengiriman rumah menyusul pembatasan makan di tempat selama periode lockdown.

Kedua, tingginya permintaan pasar ini mendorong platform mulai mengoptimalkan direktori pedagang makanannya dan menyempurnakan strategi pengiriman dengan menghadirkan skema bisnis food and beverage baru yang disebut cloud kitchen yang berfokus pada penjualan daring.

Ketiga, dua pemain super app terbesar di Indonesia, Gojek dan Grab, baru-baru ini mengembangkan bisnis cloud kitchen menyusul kesuksesan platform pesan-antar makanan mereka, GoFood dan GrabFood.

Keempat, sebelum cloud kitchen, pengantaran dari mal dianggap kurang efektif karena memakan banyak waktu bagi pengemudi untuk parkir, memasuki mal, memesan makanan dan mengantarkan.

Baca juga: Dampak PPKM, Tingkat Kunjungan Mal di Jabodetabek Hanya 40 Persen

"Dapur pelengkap yang hanya menerima pesan antar dapat membantu mengurangi waktu pengiriman dari restoran ke konsumen," ujar Head of Research and Consultancy Savills Indonesia Anton Sitorus dalam laporannya kepada Kompas.com, Jumat (09/04/2021).

Peta persaingan ritel pasca-pandemi

Era digital dan pelemahan ekonomi global sejak pandemi Covid-19 telah menyebabkan gangguan besar-besaran terhadap berbagai bisnis termasuk sektor properti ritel.

Bahkan sebelum pandemi melanda, pemilik mal dihadapkan pada tantangan berat menyusul ledakan perdagangan daring.

Ilustrasi cloud kitchenSavills Indonesia Ilustrasi cloud kitchen
Setelah itu, pandemi global memberikan tekanan lebih lanjut ke sektor ritel karena toko-toko dibatasi untuk buka selama lockdown, mengakibatkan penjualan anjlok.

Meskipun ada beberapa kelonggaran dalam aturan jarak sosial akhir-akhir ini, pasar ritel Jakarta tercatat mengalami penurunan permintaan dan sewa sepanjang 2020.

Baca juga: Akibat Corona, Sewa Pusat Belanja di Jakarta Bakal Lebih Murah

Karena toko dan restoran masih tidak diizinkan untuk dibuka dengan kapasitas penuh, beberapa penyewa mulai mencari alternatif dan mengembangkan kehadiran mereka melalui e -commerce dan layanan pengiriman.

Fenomena ini ternyata menjadi katalis bagi bisnis layanan pengiriman. Mengutip survei Google, 34 persen responden lebih sering menggunakan layanan pengiriman makanan online daripada sebelumnya karena kebijakan pembatasan di seluruh Asia Tenggara.

Konsep cloud kitchen

Jenis bisnis ini diperkenalkan pada tahun 2011 oleh Rebel Foods, perusahaan cloud kitchen yang berbasis di India dan saat ini mengoperasikan ratusan ghost kitchen di Asia.

Kendati demikian, cloud kitchen bukanlah konsep yang sama sekali baru di Indonesia. Model ini sebelumnya telah diadopsi oleh jaringan makanan cepat saji seperti Domino's Pizza dan PHD (Pizza Hut).

Alih-alih satu bangunan tunggal untuk satu merek, model dapur awan sekarang berubah menjadi dapur 'gaya kerja bersama' yang mengakomodasi beberapa merek dari pemilik yang sama atau berbeda untuk beroperasi di tempat yang sama.

Sejumlah platform di Indonesia tengah mengembangkan konsep cloud kitchen. Salah satunya GrabFood. KOMPAS.com/RENI SUSANTI Sejumlah platform di Indonesia tengah mengembangkan konsep cloud kitchen. Salah satunya GrabFood.
Biasanya berbentuk bangunan yang berdiri sendiri, dibagi menjadi bilik dapur yang lebih kecil (atau pod) di mana setiap pod disewakan kepada merek dan penyewa yang berbeda.

"Tujuan utamanya adalah meminimalkan biaya, karena penyewa tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk tata letak fisik dan staf," jelas Anton.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com