Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Panjang TMII, Aset Negara yang Dikuasai Yayasan Harapan Kita 44 Tahun

Kompas.com - 07/04/2021, 19:30 WIB
Suhaiela Bahfein,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Gagasan tersebut semakin mantap setelah Tien selaku ibu negara menyertai perjalanan kerja Soeharto ke berbagai negara.

Sehingga, dia mendapat kesempatan mengunjungi obyek-obyek wisata di luar negeri, misalnya Disneyland di Amerika Serikat dan TIM Land di Thailand.

Kunjungan Tien ke obyek-obyek wisata itu semakin mendorongnya mewujudkan ide ke dalam suatu proyek dengan membuat tempat rekreasi yang mampu menggambarkan kebesaran dan keindahan Indonesia dalam bentuk mini.

Hampir satu tahun setelahnya, Tien menyampaikan maksud dan tujuan pembangunan TMII di depan umum.

Dia mengemukakan maksud dan tujuan tersebut pada penutupan Rapat Kerja Gubernur, Bupati, dan Wali Kota seluruh Indonesia di Istana Negara yang juga dihadiri oleh Soeharto serta didampingi Menteri Dalam Negeri yang menjabat saat itu yakni, Amir Mahmud.

Baca juga: Digugat Perusahaan Singapura, Begini Sepak Terjang Yayasan Harapan Kita

Dengan surat YHK, Tien menugaskan Nusa Consultants untuk membuat rencana induk dan studi kelayakan proyek tersebut dan tuntas selama 3,5 bulan.

Catatan Harian Kompas edisi 27 Mei 1971 menyebutkan, tata pembebasan tanah proyek TMII telah dimusyawarahkan.

Kemudian, 30 Juni 1972, pembangunan dimulai tahap demi tahap secara bersinambungan.

Pembangunan utama dilakukan berupa peta relief miniatur Indonesia berikut penyediaan airnya, Tugu Api Pancasila, Rumah Joglo, dan Gedung Pengelolaan yang diisiapkan oleh Nusa Consultants. 

Berkat gotong-royong semua pihak seperti masyarakat di sekitar lokasi, Pemerintah Pusat dan Daerah, swasta, dan berbagai unsur masyarakat, pembangunan TMII selesai dalam kurun waktu tiga tahun.

Hingga akhirnya, kawasan wisata seluas 150 hektar ini diresmikan oleh Soeharto pada 20 April 1975.

Saat ini, terdapat 19 museum dibangun di TMII di antaranya, Museum Purna Bhakti Pertiwi, Museum Indonesia, Museum Olah Raga, dan Museum Tranpsortasi.

Kemudian, Museum Penerangan, Museum Perangko, Pusat Peragaan Iptek, Museum Energi Listrik dan Energi Baru, dan Museum Asmat.

Selanjutnya, Museum Minyak dan Gas Bumi, Museum Keprajuritan Indonesia, Museum Pusaka, Museum Telekomunikasi, dan Museum Serangga dan Taman Kupu.

Lalu, Museum Timor Timur, Museum Fauna Indonesia dan Komodo dan Taman Reptil, Museum Bayt Al-Alquran, serta Museum Istiqlal.

YHK sendiri dibina oleh Soehardjo, Bambang Trihatjmodjo, dan Rusmono dan Siti Hardiyanti Indra Rukmana sebagai Ketua Umum.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com