Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ketika MLFF Hungaria Bermasalah, SLFF Jasa Marga Dipakai 13.000 Pengguna Aktif

RITS merupakan entitas anak dari Roatex Ltd. Zrt. sebagai pemegang saham pengendali dengan porsi 99 persen, sementara satu persen saham lainnya milik perseorangan yang juga berasal dari Hungaria.

Kisruh internal ini, menurut eks Direktur Utama RITS Musfihin Dahlan, karena perbedaan visi yang dipicu oleh kurangnya performa keandalan teknologi kamera AI yang dibuat di Hungaria dan telah diujicoba di Tol Jagorawi dan JORR S.

"Kami mengecek, apakah kamera AI-nya sudah bisa atau belum, eh ternyata baru bisa menangkap plat nomor itu sekitar 80 persen, ini kan sudah diuji coba di Tol Jagorawi dan JORR S (ada peralatan gantry)," ungkap Musfihin kepada Kompas.com, Rabu (31/5/2023).

Tentu saja, Musfihin tidak bisa menerima sistem tersebut. Karena tidak memenuhi key performance indicator (KPI) yang telah dijanjikan kepada Pemerintah Indonesia.

"KPI itu kan pada dasarnya, dalam proposal kita berjanji bahwa seluruh pendapatan BUJT yang sekarang dengan tapping (e-toll) 100 persen akan sama (jika menggunakan MLFF), tapi setelah kita periksa ada kehilangan 20 persen," jelasnya.

Sementara RITS melalui Direktur PT Roatex Indonesia Gyula Orosz membantah pernyataan Musfihin. Dia mengeklaim penggunaan teknologi MLFF telah melewati proses adaptasi dengan lingkungan dan keadaan lokal Indonesia. "

Kami mempertimbangkan kondisi lokal, tetapi itu adalah salah satu masalah di mana ada beberapa individu yang tidak mau menerima pengalaman Hingaria dalam bidang ini, dan dalam teknologi ini," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (30/5/2023).

Padahal, menurut Eks Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Danang Parikesit, seluruh faktor, termasuk teknologinya sudah on the track, dan tinggal dilaksanakan.

"Waktu saya tinggal, semua sudah on track tinggal dipastikan semua tahapan dilaksanakan," cetus Danang kepada Kompas.com, Kamis (1/6/2023).

Pemerintah sendiri melalui Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Teknologi, Industri dan Lingkungan sekaligus Juru Bicara (Jubir) Kementerian PUPR Endra S Atmawidjaja mengaku telah mendapatkan informasi secara lisan dari Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) terkait kisruh internal tersebut.

"Saya sudah dapat informasi lisan dari BPJT, kalau ada masalah internal. Kami berharap bisa segera diatasi dan kembali bisa bekerja sesuai rencana," tegas Endra kepada Kompas.com, Rabu (31/5/2023).

Endra menambahkan, sejauh ini tetap bekerja sesuai rencana dalam koridor kerja sama bilateral antara Indonesia dengan Hungaria.

Terkait kemungkinan pemberlakuan MLFF secara Nasional akan mundur dari jadwal yang telah ditentukan pada Desember 2023, Endra mengatakan, akan mempelajari dulu penyesuaian rencana kerjanya ke depan.

Lantas, bagaimana ceritanya RITS bisa menjadi BUP penerapan MLFF, sementara di sisi lain ada Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) Indonesia yakni PT Jasa Marga (Persero) Tbk yang telah merintisnya dan hingga kini menjalankan teknologi serupa dengan nama Single Lane Free Flow (SLFF) berbasis Radio Frequency Identification (RFId)?

Dalam perbincangan dengan Kompas.com, Sabtu (14/11/2020), Danang mengungkapkan, ada dua teknologi yang tengah diuji coba untuk diterapkan, yaitu Global Navigation Satellite System (GNSS) dan RFId.

Meski demikian, penentuan teknologi yang akan digunakan tidak akan bergantung pada sistem yang terdapat pada kedua teknologi tersebut.

Hal yang menjadi pertimbangan ialah kemampuan menangkap transaksi hingga biaya yang dibebankan dalam penggunaan teknologi. Semakin kecil kegagalan transaksi yang terjadi, semakin besar pula kesempatan untuk terpilih.

"Pada akhirnya kita kemungkinan besar tidak memilih (berdasarkan) penggunaan teknologi. Tapi yang kita pilih menggunakan kriteria performa mereka," kata Danang.

Namun, seperti kita ketahui Roatex-lah yang memenangi lelang karena menggunakan GNSS yang dikukuhkan melalui Surat Penetapan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Nomor: PB.02.01-Mn/132 tanggal 27 Januari 2021.

Hal ini diperkuat oleh keputusan Direktorrat Jenderal Pembiayaan Infrastruktur (DJPI) bahwa desain yang difinalkan dan dijadikan basis teknologi transaksi MLFF berbasis GNSS.

Oleh karena faktor desain GNSS inilah yang menyebabkan PT Jasa Marga (Persero) Tbk mundur, sebagaimana diungkapkan Direktur Utama PT Jasa Marga (Persero) Tbk Subakti Syukur.

"Jasa Marga mundur, karena teknologinya harus berbasis GNSS. Itu persyaratan mutlak, harus menggunakan teknologi GNSS. Jadi Jasa Marga melalui PT Jasamarga Toll Operator belum proven," papar Subakti, Sabtu (14/11/2020).

Melalui Single Lane Free Flow (SLFF) dengan teknologi berbasis RFId, Jasa Marga menjalankannya sejak tahun 2017 dan terus berlangsung hingga kini, meskipun dalam skala terbatas.

Direktur Utama PT Jasamarga Tollroad Operator (JMTO) Yoga Tri Anggoro dalalam penjelasannya kepada Kompas.com, Jumat (2/6/2023), mengungkapkan, teknologi RFId yang diimplementasikan ini terintegrasi dengan aplikasi yang diberi nama Let It Flo.

Sistem ini dikembangkan oleh JMTO dalam rangka mengikuti arahan Pemerintah dalam meningkatkan penetrasi penggunaan dan untuk mengurangi biaya alat yang dipasang pada kendaraan.

Yoga menuturkan, dalam mengembangkan teknologi SLFF ini, Jasa Marga menindaklanjuti kebutuhan pelanggan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan pelayanan operasional jalan tol.

Terutama terkait dengan kesulitan monitoring transaksi pembayaran tol, potensi kehilangan saldo maupun fisik uang elektronik hingga keterbatasan dalam melakukan top up uang elektronik.

“Pada dasarnya, Jasa Marga telah mengembangkan uji coba berbagai teknologi yang memudahkan masyarakat khususnya yang termasuk dalam transaksi nirhenti di jalan tol. Bahkan jauh sejak sebelum diberlakukannya 100 persen penggunaan uang elektronik di jalan tol pada tahun 2017,” ujar Yoga.

Yoga menambahkan, uji coba terbatas masih terus berlangsung di internal Jasa Marga dan juga kalangan eksternal, di antaranya melibatkan Instansi Pemerintah, Perusahaan BUMN, Perusahaan Swasta hingga Komunitas, yang diajak untuk menguji keandalan sistem Let It Flo.

"Selain itu, kami juga mendengarkan berbagai masukan dari para pengguna sebagai catatan perbaikan dan pengembangan di JMTO,” imbuhnya.

Bagaimana mekanisme penggunaan SLFF ini?

Yoga menjelaskan, mobil pengguna Let It Flo akan dipasangkan stiker RFId pada  lampu utama sisi kanan. Stiker yang digunakan ini nantinya akan terbaca saat melintas tanpa harus berhenti dan tanpa harus menempelkan uang elektronik saat melintas gerbang tol.

Walaupun dalam keadaan hujan maupun panas, pengguna Let It Flo tidak perlu khawatir, stiker tersebut tetap akan terbaca oleh sistem.

Hanya dengan memperlambat laju kendaraan maksimal 20 kilometer per jam saat memasuki gerbang tol, mobil bisa langsung melintas.

"Pengguna juga mendapatkan kemudahan untuk melakukan monitoring dan top up saldo Let it Flo hanya dengan menggunakan aplikasi Let It Flo yang bisa didapatkan melalui Google Play dan AppStore,” tambah Yoga.

Selain itu, PT JMTO juga mengoperasikan Pusat Monitoring Let it Flo yang berfungsi sebagai pusat pemantau keberfungsian peralatan Let it Flo.

Pusat Monitoring ini terintegrasi dengan Customer Care Let it Flo untuk memastikan kendala dan aduan pengguna Let it Flo mampu ditangani dengan cepat.

"Saat ini, PT JMTO juga bekerja sama dengan Bluebird sebanyak 1.000 kendaraan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa teknologi sistem bayar tol tanpa setop sudah berjalan baik di Indonesia, sejak tahun 2017 oleh PT JMTO," tuntas Yoga.

https://www.kompas.com/properti/read/2023/06/02/152812521/ketika-mlff-hungaria-bermasalah-slff-jasa-marga-dipakai-13000-pengguna

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke