Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jenis Kutu Hewan Peliharaan dan Penanganannya Menurut Dokter Hewan

Kompas.com - 24/07/2021, 12:30 WIB
Dian Reinis Kumampung

Penulis

Sumber Twitter

JAKARTA, KOMPAS.com—Kutu pada hewan peliharaan memang tampak seperti masalah yang sepele. Namun jika dibiarkan, kutu juga bisa berbahaya bagi kesehatan kucing maupun anjing milikmu.

Dokter hewan Muhamad Jami Ramadhan mengangkat seputar kutu pada hewan peliharaan dalam cuitannya di Twitter di akun @djamtjoek.

Menurut dokter Jami, kutu paling sering ditemui pada tiga bagian tubuh hewan yakni, belakang daun telinga, sela-sela jari kaki dan daerah sekitar pantat hewan. Namun pada kasus yang berat, kutu bisa ditemukan di seluruh tubuh hewan.

Baca juga: 5 Tips Memilih Makanan Kucing yang Sesuai dengan Kondisi Kesehatan

Untuk itu, daerah ini sebaiknya sering kamu periksa ya, untuk pencegahan.

Kutu pada hewan peliharaan umumnya ada di tubuh inang, namun ada juga kutu dan telur yang menempel di lingkungan sekitar.

“Perkutuan itu pada umumnya fase remaja-dewasanya ada di tubuh inang (kucing atau anjing), sisanya ada di lingkungan sekitar,” tulis dokter Jami dalam cuitannya seperti dikutip, Sabtu (24/7/2021).

“Maka dari itu pembasmian kutu tidak cukup di tubuh hewan saja, di lingkungan juga harus. Perhatian yang lebih lagi dengan pest control apabila hewannya yang suka kutuan,” imbuhnya.

 Salah satu ciri khas hewan yang yang terdapat kutu pada tubuhnya bisa berupa gatal-gatal. Hal ini menyebabkan hewan menggaruk berlebih yang kemudian akan menimbulkan lesi ruam maupun luka pada kulit.

Jenis kutu

Tergantung pada jenisnya, kutu pada hewan bisa saling menular pada anjing dan kucing, bisa

juga tidak.

Adapula kutu yang bisa menularkan atau menyebabkan penyakit pada manusia (zoonosis).
Kutu pada hewan peliharaan terdiri dari beberapa jenis, berikut adalah beberapa jenis kutu yang umum ditemukan pada tubuh sahabat berbulu milikmu:

1. Lices (kutu rambut)

Kutu jantan pada rambut manusiaSan Martin Gilles/Wikimedia Commons Kutu jantan pada rambut manusia

  • Specific host, sangat jarang bisa menular dari anjing ke kucing atau sebaliknya
  • Menghisap darah
  • Pernah dilaporkan sebagai vektor cacing pita (Dipilydium caninum)
  • Kutu manusianya juga bisa saja menular ke hewan (zoonosis)

2. Fleas (pinjal)

  • Pada kucing dan anjing bisa saling menular padahal spesiesnya beda
  • Menghisap darah
  • Pada kucing ada tendensi membawa bakteri Bartonella (Cat Scratch Disease padamanusia)
  • Sebagai vektor cacing pita (Dipilydium caninum) pada manusia (zoonosis)
  • Salah satu penyebab alergi kulit terutama pada hewan
  • Pinjal juga sebagai vektor parasit darah (Cytauxzoon, Mycoplasma haemofelis) yang menyebabkan demam berdarah pada kucing, dalam kondisi parah perlu transfusi darah
  • Kasus parasit darah tersebut juga bisa terjadi pada anjing
  • Sampai saat ini belum ada zoonotic risk ke manusia untuk parasit darahnya

Baca juga: Tips Menghilangkan Kutu pada Anak Kucing

3. Ticks (caplak)

  • Berinfestasi di kulit anjing, tapi tidak menutup kemungkinan bisa ada di kucing
  • Menghisap darah
  • Sebagai vektor parasit darah (Babesia, Anaplasma, Erlichia, Lyme Disease) yang menyebabkan demam berdarah pada anjing, dalam kondisi parah perlu transfusi darah
  • Bisa menularkan pada manusia (zoonosis). 

4. Ear Mites (tungau telinga)

  • Kutu yang tinggal di permukaan tubuh kucing atau anjing lalu bersarang di liang telinga kemudian menyebabkan peradangan (otitis externa)
  • Memakan jaringan tubuh
  • Pada manusia bisa terkena (zoonosis), namun otitis jarang sekali terjadi, biasanya hanya ruam gatal saja

5. Scab Mites (tungau scabies)

  • Hidup di bawah kulit sambil memakan jaringan di dalamnya, sehingga terbentuklah gorong-gorong untuk bersemayam menyebabkan penyakit scabies
  • Ditandai dengan kemerahan, kerak pada kulit (periksakan ke dokter, kerak bisa juga karena jamuran atau demodex)
  • Bisa menular ke manusia (zoonosis)

6. Demodex Mites (tungau demodex)

  • Flora normal dalam kulit
  • Tidak menular
  • Muncul pada saat keadaan imun jelek seperti karena stress-related disease (ingin kawin,stress karena keadaan sekitar)
  • Pada kucing lebih jarang terjadi
  • Ditandai dengan kemerahan, kerak pada kulit (periksa ke dokter, bisa juga karena jamuran atau scabies)
  • Baca juga: 5 Tanda Pertama Anjing sedang Hamil

Pengobatan

Kucing dan anjing Kucing dan anjing

Untuk kutu pada hewan peliharaan, dokter yang berpraktek di Dr Jami’s Pet Care, Kota Bandung, Jawa Barat, ini menyarankan pemilik agar membawa ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Baca juga: 6 Fungsi Pagar Pembatas untuk Anjing

“Diagnosa penunjang oleh dokter seperti pengambilan sampel kulit untuk dilihat di mikroskop sangat dianjurkan supaya tahu lesi kulit yang ada mengarah ke penyakit apa,” tulisnya.

Terlebih, jika kutu yang menyerang bisa menyebabkan parasit darah, maka ada dokter yang akan meminta sampel darah untuk diperiksa apabila gejala penyakit yang ditimbulkan juga

mengarah ke infeksi parasit darah.

Untuk pengobatan, nantinya dokter akan memberikan obat berdasarkan hasil pemeriksaan.

“Treatment menggunakan obat oles atau obat kutu atau obat telinga atau mandi kutu sesuai anjuran dokter, apabila suda ada secondary infection maka butuh obat minum,” tulisnya.

“Obat kutu jenisnya ada obat tetes atau obat minum atau obat injeksi, yang disesuaikan dengan kondisi hewan saat periksa ke dokter,” imbuhnya.

Agar hasilnya maksimal, dokter Jami juga meminta pemilik untuk melakukan pembersihan di sekitar rumah dan kandang (lebih baik lagi dengan desinfektan khusus kutu) agar telur atau kutu yang bersembunyi bisa hilang.
“Dan kalau bisa lakukan pest control ya. Itu bisa membantu juga kok biasanya,” tulisnya lagi.

Baca juga: 10 Cara Menjaga Kucing agar Tetap Sehat

Pencegahan

Serangan kutu pada hewan peliharaan ini sebenarnya bisa dicegah, dokter Jami memberikan tipsnya:

  1. Pemberian obat kutu; umumnya tiap satu bulan sekali (sesuai anjuran dokter hewan masing-masing karena pemberian obat kutu pun baiknya dianjurkan langsung oleh dokter hewan setelah diperiksa)
  2. Mandi kutu (sifatnya hanya sementara, dilakukan pun kalau kondisi kutuan parah dan baiknya dengan pantauan dokter hewan)
  3. Pest control
  4. Apabila sudah ada gejala gatal-gatal, kemerahan atau kerak pada kulit, congekan atau kamu menemukan kutu di kulitnya, maka segeralah periksakan hewanmu ke dokter hewan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com