Mengingat sentimen anti-Israel yang kuat, dukungan terbuka terhadap normalisasi dapat menjadi bumerang politik bagi para politikus yang berambisi menduduki posisi di kabinet.
Meskipun demikian, pada akhir 2021, laporan media Israel mengungkapkan usaha yang dilakukan oleh Prabowo untuk membina hubungan antara Indonesia dan Israel, termasuk kerja sama perdagangan dan pariwisata, terutama di sektor pertanian.
Ini menunjukkan langkah bertahap menuju normalisasi yang masih berlanjut di balik layar, menambah kompleksitas dalam navigasi politik domestik Indonesia dan diplomasi internasionalnya.
Normalisasi hubungan Indonesia dengan Israel dapat mengubah keseimbangan diplomatik, terutama dengan negara-negara mayoritas Muslim yang masih menolak berhubungan dengan Israel.
Meskipun beberapa negara Timur Tengah telah menjalin hubungan formal dengan Israel, negara-negara lain masih teguh mendukung Palestina.
Keputusan Indonesia mungkin akan menciptakan ketegangan dengan negara-negara yang mendukung Palestina, mengubah aliansi regional dan berpotensi mengisolasi Indonesia dalam beberapa koalisi.
Sebagai pemimpin historis dalam Konferensi Asia-Afrika dan Gerakan Non-Blok, Indonesia telah memainkan peran penting di antara negara-negara berkembang.
Normalisasi hubungan dengan Israel, oleh karena itu, dapat dilihat sebagai penyimpangan dari peran tradisional ini, yang berpotensi mengurangi kemampuan Indonesia untuk bertindak sebagai mediator netral dalam konflik internasional.
Langkah ini juga berisiko mengurangi pengaruh Indonesia dalam gerakan tersebut, memengaruhi jangkauan diplomasi globalnya.
Dari perspektif Israel, normalisasi dengan Indonesia, yang merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, dianggap sebagai kemenangan strategis.
Hal ini bisa menjadi narasi yang berlawanan dengan isolasi yang dihadapi Israel akibat kebijakannya di Gaza, mungkin sebagai bagian dari upaya Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk memperkuat posisinya secara internasional.
Namun, risiko yang dihadapi Indonesia sangat beragam. Langkah normalisasi yang terlalu cepat bisa menimbulkan alienasi di kalangan mayoritas penduduk dan memperlemah hubungan dengan negara-negara mayoritas Muslim lainnya.
Ini juga bisa mengikis komitmen historis Indonesia terhadap prinsip anti-kolonialisme dan anti-imperialisme, yang selama ini menjadi ciri kebijakan luar negerinya.
Rencana normalisasi hubungan Indonesia dengan Israel membuka kotak Pandora yang sarat peluang dan risiko.
Meski berpotensi meningkatkan perdagangan, investasi, dan pertukaran teknologi, langkah ini menantang sikap anti-kolonial yang telah lama dipegang teguh oleh Indonesia dan dukungannya yang kuat terhadap Palestina.