“Seorang raja Frigia bernama Midas disebutkan dalam beberapa sumber kuno, termasuk catatan sejarah penguasa Asyur Sargon II,” kata Roller.
"Bangsa Asyur menganggapnya sebagai raja yang kuat dan saingan utama dalam upaya mereka memperluas wilayah mereka pada abad ke-8 SM," ujar Roller.
Bukti lebih lanjut tentang keberadaan Raja Midas dapat ditemukan sekitar dua jam sebelah barat Gordion, di sebuah tempat bernama Yazilikaya yang lebih dikenal sebagai "Kota Midas".
Kota ini bukan tujuan turisme. Yazilikaya adalah situs puncak bukit yang sangat indah dengan formasi vulkanik yang menonjol dari lanskapnya. Tempat ini penuh dengan gua dan makam kuno. Terdapat pula tangga berusia 3.000 tahun mengarah ke terowongan gema yang dipahat dari batu padat.
Namun, yang paling dramatis dari semua monumen di sini adalah fasad candi yang megah, setinggi 17 meter, yang diukir pada permukaan batu sekitar 3.000 tahun yang lalu.
Di bagian atas, sebuah prasasti dalam bahasa Frigia kuno berbunyi: "Ates telah mendedikasikan ini untuk Midas, pemimpin tentara dan penguasa".
Baca juga: Mengenal Legenda Kitsune, Rubah dari Mitologi Jepang Kuno
Bukti tertulis di prasasti itu bahwa Midas adalah raja sejati, cukup penting bagi penguasa setempat Ates untuk menjaminkan kuil kepadanya.
“Karena Midas adalah raja yang kuat, kemungkinan besar dia dimakamkan di suatu tempat di Gordion,” kata Profesor Brian Rose.
“Menemukan makamnya akan menjadi penemuan yang sangat penting. Dan tempat yang jelas untuk mencarinya adalah di salah satu gundukan yang mengelilingi kota,” ujar Rose.
Lebih dari 125 gundukan kuburan yang mengelilingi Gordion berasal dari abad ke-9 hingga ke-6 SM.
Pekerjaan tanah raksasa ini, yang tampak seperti bukit-bukit asing di lanskap datar, dibangun untuk melindungi makam orang-orang penting dari perampok makam, seperti halnya piramida Mesir.
Yang terbesar adalah sebuah puncak curam yang kini ditutupi rumput kuning lebat, berdiri setinggi 53 meter. Postur itu menjadikannya gundukan pemakaman terbesar kedua di Turkiye. Para ahli memperkirakan, dibutuhkan 1.000 orang hingga dua tahun untuk membangunnya.
“Arkeolog harus sangat berhati-hati saat menggalinya karena itu hanyalah tumpukan besar tanah yang dipadatkan. Jika salah, maka semuanya bisa runtuh,” ujarnya.
Pada 1957, bekerja sama dengan tim penambang batu bara Turkiye, para ahli dengan hati-hati membuat terowongan ke dalam gundukan tersebut. Di dalamnya, mereka menemukan ruang pemakaman besar yang terbuat dari kayu pinus dan juniper, terawetkan dengan sempurna di dalam kepompong kedap udara selama hampir 3.000 tahun.
Saat ini, turis dapat mengikuti terowongan penggalian yang sama jauh ke dalam gundukan untuk mengunjungi makam. Ini adalah bangunan kayu tertua yang masih berdiri di mana pun di dunia.
Karena sangat rapuh, bangunan itu kini ditopang oleh balok-balok dan dilindungi oleh pagar logam. Meski tertutup, melihat struktur kuno yang telah tersembunyi di bawah tanah begitu lama ini, berusia hampir 800 tahun lebih tua Pompeii Turkiye, merupakan pengalaman yang dashyat.
Penghuni makam itu adalah seorang pria berusia 60-an, terbaring di tempat tidur yang roboh dan dikelilingi oleh guci perunggu, mangkuk dan kendi yang dihias, perabotan kayu berukir, potongan kain halus dan persembahan berharga lainnya yang sesuai dengan penguburan seorang raja.
Baca juga: Legenda Izanagi dan Izanami yang Ciptakan Pulau-pulau di Jepang
Tapi apakah yang berbaring di makam itu merupakan Raja Midas?
Pada awal 2000-an, para arkeolog Gordion beralih ke dendrokronologi—penanggalan cincin pohon—untuk mendapatkan jawabannya.
Namun, ketika mereka menganalisis kayu gelondongan yang digunakan untuk membangun ruang permakaman, mereka menemui hambatan.
“Kayu tersebut berasal dari sekitar tahun 740 SM—namun menurut catatan Asyur, Midas masih hidup pada 709 SM, 31 tahun kemudian,” ungkap Rose. “Makam ini bukan milik Midas.”