Su memperkirakan, tekanan militer dari China akan "menjadi semakin normal dan lebih rutin," dibandingkan 2022.
Amanda Hsiao, analis senior China di wadah pemikir International Crisis Group, juga menganggap "ancaman yang paling nyata saat ini bukan invasi pendaratan oleh China, melainkan provokasi harian," di laut dan udara.
Baca juga: Kenapa China dan Taiwan Bermusuhan?
Dalam sebuah laporan yang dirilis pada Januari silam, Center for Strategic and International Studies (CSIS) memperkirakan dalam lima tahun ke depan ada kemungkinan lebih besar bagi China untuk melancarkan blokade laut dan udara terhadap Taiwan, ketimbang invasi darat.
Laporan itu beranjak dari wawancara dengan lebih dari 80 pakar militer di Taiwan dan Amerika Serikat pada akhir 2023 silam.
Lee Hsi-ming, pensiunan admiral Taiwan dan salah seorang partisipan survei, meyakini blokade sebagai "ancaman yang sangat besar bagi Taiwan," katanya kepada DW.
"Saya harus mengakui bahwa kami tidak punya kapabilitas konvensional atau asimetris yang bisa mencegah atau menggagalkan operasi semacam itu," imbuhnya.
Sebagian analis miiliter juga mengamini betapa blokade laut dan udara sebagai opsi paling aman bagi China.
"Jika Beijing mendeklarasikan perang terhadap Taiwan, satu-satunya hal yang dipedulikan oleh Presiden Xi Jinping adalah risiko kegagalan," tandas Lee.
"China sadar kemungkinannya kecil bahwa invasi darat berskala besar akan bisa berlangsung lancar."
Baca juga: Apa Itu ADIZ dan Garis Tengah Selat Taiwan, 2 Lokasi Konflik dengan China
Sudah begitu, laporan CSIS turut mencatat keraguan analis di kedua negara terhadap kesediaan Pemerintah AS untuk menurunkan kekuatan tempurnya dalam skenario blokade China.
Ketidakpastian meningkat terutama menjelang pemilu kepresidenan di AS. Ketika Presiden Joe Biden dari Partai Demokrat menjanjikan intervensi militer, calon presiden Partai Republik belum mengadopsi komitmen yang sama.
Namun begitu, Hsiao dari CSIS meyakini Trump akan mampu menawarkan perlindungan yang lebih kuat bagi Taiwan.
Namun, pandangannya itu disanggah Elbridge Colby, bekas asisten menteri pertahanan AS.
"Pemerintahan Partai Republik di masa depan pastinya akan lebih memprioritaskan China," kata Elbridge Colby, merujuk pada hubungan ekonomi dan perdagangan.
Menurutnya, keterlibatan militer AS akan banyak bergantung kepada keinginan kuat Taiwan untuk mempertahankan diri.
"Amerika pada akhirnya hanya akan menolong mereka yang membantu dirinya sendiri," kata dia.
Baca juga: Akhir dari Perang Saudara China dan Sejarah Berdirinya Taiwan
Artikel ini pernah dimuat di DW Indonesia dengan judul Cina Berpotensi Lancarkan Blokade Militer terhadap Taiwan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.