"Anda bisa melihat punggung gunung di bawah es di sini. Apakah itu terus berlanjut? Apakah ada bagian yang berada di bawah permukaan laut? Saya tidak tahu," terangnya.
"Pekerjaan survei ini sangat menarik karena petanya kosong," imbuh dia.
Baca juga: Berita Hoaks Online Menambah Sentimen Anti-Rohingya di Indonesia
Es Antartika yang sangat luas menutupi barisan pegunungan yang luas, beberapa di antaranya seukuran Pegunungan Alpen Eropa serta parit dan lembah.
Sangat penting bagi para ilmuwan untuk memahami topografi ini karena topografi ini menentukan seberapa cepat es akan mencair.
"Lapisan es yang terkena air hangat kemungkinan akan mencair lebih cepat. Tapi jika pegunungan yang kompleks menghalangi jalurnya, maka penurunannya akan lebih lambat," jelas Tom.
Sementara pada percobaan pertamanya, radar pada drone akan menembakkan gelombang radio ke lapisan es bernama Fuchs Piedmont. Beberapa akan masuk ke lapisan es, menyentuh tanah di dasarnya dan bangkit kembali.
Drone akan mendengarkan pantulan tersebut dan menggunakannya untuk menggambar bentuk daratan.
Sedangkan model kenaikan permukaan air laut global akibat mencairnya lapisan es saat ini memiliki margin yang besar, namun dengan pemahaman yang lebih baik tentang topografi Antartika, Tom mengatakan para ilmuwan dapat membuat prediksi yang lebih akurat.
"Itu akan membantu kami merencanakan masa depan," imbuh dia.
Baca juga: Sebenarnya AS Menyerang Unit Iran Bukan Negara Iran, Ini Penjelasannya
Untuk penerbangan pertama bakal dilakukan dalam beberapa minggu ke depan. Eksperimen lainnya mencakup survei kehidupan laut seperti krill, yang merupakan bagian penting dari rantai makanan, dan survei wilayah yang sensitif terhadap lingkungan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.