Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berita Hoaks "Online" Menambah Sentimen Anti-Rohingya di Indonesia

Kompas.com - 03/02/2024, 11:13 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber AFP

KOMPAS.com - Kelompok minoritas Rohingya dari Myanmar tiba di Indonesia pada akhir 2023 yang lalu. Ternyata, jumlahnya cukup banyak.

Saat tiba di Aceh, pengungsi Rohingya disambut dengan baik karena banyak yang bersimpati pada sejarah panjang Rohingya di Myanmar.

Tetapi, gelombang kedatangan pengungsi lebih dari 1.500 orang di Indonesia dalam beberapa bulan terakhir mendapat perlakuan berbeda.

Baca juga: 115 Pengungsi Rohingya Kabur dari Kamp Penahanan Malaysia, 1 Tewas Tertabrak Mobil

Serentetan misinformasi dunia maya (hoaks) di Indonesia telah memicu sentimen anti-Rohingya yang berpuncak pada penolakan, ujaran kebencian, dan serangan.

Hal itu dapat dilihat ketika Desember 2023, ratusan mahasiswa memasuki gedung pertemuan pemerintah di kota Banda Aceh yang menampung 137 warga Rohingya.

Para mahasiswa meneriakkan yel-yel, menendang barang-barang pengungsi dan menuntut mereka dideportasi atau para pengungsi direlokasi.

"Serangan ini bukan tindakan yang terisolasi namun merupakan hasil dari kampanye online yang terkoordinasi yang berisi misinformasi, disinformasi, dan ujaran kebencian," kata Badan Pengungsi PBB (UNHCR), dikutip dari AFP pada Sabtu (3/2/2024).

Seperti halnya di media sosial. Video anti-Rohingya telah menyebar sejak akhir tahun lalu dan mencapai lebih dari 90 juta penayangan di TikTok pada November, menurut Hokky Situngkir, analis TikTok di Bandung Fe Institute.

Baca juga: Kamp Terbakar, 4.000 Pengungsi Rohingya di Bangladesh Kehilangan Tempat Tinggal

"Itu semua bermula setelah beberapa media lokal memberitakan kedatangan Rohingya dengan headline yang sensasional," kata Situngkir.

Laporan-laporan tersebut telah membingkai sebagian besar Muslim Rohingya sebagai penjahat dengan perilaku buruk dan para pemimpin masyarakat Indonesia telah memperkuat narasi ini.

Beberapa pengguna TikTok telah membagikan ulang artikel dan video sensasional, yang justru membuat penyebarannya makin meluas.

"Terkadang sensasinya terlalu besar, tapi ternyata informasinya salah," tutur Situngkir kepada AFP.

Di TikTok, puluhan akun palsu UNHCR membanjiri video tentang Rohingya dengan beragam komentar.

"Jika Anda tidak mau membantu, berikan saja mereka satu pulau kosong agar mereka bisa tinggal di sana," salah satu tulisan yang disajikan seolah-olah ditulis oleh akun UNHCR yang sebenarnya.

Sebuah postingan yang memuat laporan bahwa Wakil Presiden Indonesia Ma'ruf Amin sedang mempertimbangkan untuk memindahkan para pengungsi ke sebuah pulau telah dilihat tiga juta kali.

Halaman:

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com