Seiring dengan penutupan saluran diplomasi dan siaran radio lintas batas, ia juga mengumumkan akan menghancurkan Reunification Arch, sebuah monumen sembilan lantai di pinggiran Pyongyang.
Monumen berbentuk lengkungan tersebut - yang memperlihatkan dua perempuan dalam pakaian tradisional Korea saling berpegangan tangan - dibangun pada tahun 2001 untuk menandai upaya kakek dan ayah Kim Jong Un menuju reunifikasi dengan Korsel.
Gambar satelit yang dirilis oleh Planet Labs pada hari Selasa (23/1/2024) menunjukkan patung tersebut tampaknya telah hancur, meskipun belum ada konfirmasi resmi mengenai hal ini.
Kim Il Sung adalah pemimpin Korut ketika negara itu berperang pada 1950, namun dia juga orang yang mengemukakan gagasan bahwa suatu saat nanti masyarakat Korut akan bersatu kembali dengan saudara-saudara mereka di selatan.
Akan tetapi, cucunya kini memilih untuk mendefinisikan warga Korea Utara sebagai orang yang berbeda dengan warga Korea Selatan –mungkin untuk membenarkan bahwa warga Korea Selatan sebagai target militer.
Carlin dan Dr Hecker, para pakar yang memperkirakan perang, telah menafsirkan hal-hal yang terjadi belakangan sebagai tanda-tanda bahwa Kim Jong Un telah memutuskan untuk benar-benar melakukan perlawanan.
Namun, sebagian besar analis tidak setuju.
Seong-Hyon Lee, dari George HW Bush Foundation untuk hubungan AS-Tiongkok, menyatakan bahwa Korea Utara akan membuka negaranya untuk asing bulan depan, dan negara tersebut juga telah menjual amunisinya ke Rusia untuk perang –sesuatu yang mungkin tidak mereka lakukan jika negara itu sedang mempersiapkan medan perang.
Namun, yang dikhawatirkan adalah jika Korea Utara melancarkan serangan, maka pasukan AS dan Korea Selatan akan jauh lebih maju.
“Perang secara umum bisa membunuh banyak orang di Korea Selatan, tapi ini akan menjadi akhir bagi Kim Jong Un dan rezimnya,” kata Ward dari Kookmin University.
Sebaliknya, ia dan sejumlah pakar lain memperingatkan bahwa kondisi sedang berkembang untuk tindakan yang lebih kecil.
“Saya lebih khawatir, secara umum, mengenai serangan terbatas terhadap Korea Selatan… serangan semacam itu akan menyasar wilayah atau kekuatan militer Korea Selatan, namun cakupannya terbatas,” kata analis Ankit Panda dari Carnegie Endowmen for International Peace.
Baca juga: Mengapa Korea Utara Uji Coba Rudal Hipersonik dan Bagaimana Cara Kerjanya?
Hal ini bahkan dapat berupa penembakan atau upaya pendudukan terhadap pulau-pulau yang diperebutkan di sebelah barat Semenanjung Korea.
Pada 2010, Korea Utara menyerang Pulau Yeonpyeong dan menewaskan empat tentara Korea Selatan, sehingga membuat marah Korea Selatan.
Provokasi serupa dapat dilakukan lagi untuk menguji batas kemampuan Korea Selatan, menurut para analis, dan untuk mengganggu Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, seorang pemimpin garis keras yang telah berjanji untuk menanggapi serangan Korea Utara dengan hukuman “beberapa kali lebih berat”.
“Korea Selatan mungkin akan melancarkan serangan balasan yang tidak proporsional dari Seoul,” kata Panda, seraya menilai ada sesuatu yang mungkin akan memicu eskalasi pertempuran yang lebih luas.
Pihak lain mengatakan ketakutan akan perang juga harus dimasukkan ke dalam konteks pola operasi Kim.
“Melihat sejarah Korea Utara, Korea Utara sering menggunakan provokasi untuk menarik perhatian negara lain ketika ingin bernegosiasi,” kata Seong-Hyon Lee.
Rezim ini terus menderita akibat sanksi ekonomi dan tahun 2024 adalah tahun pemilu bagi musuh-musuhnya –dengan pemilihan presiden AS dan pemilihan legislatif Korea Selatan.