Ia merupakan satu-satunya pria di sepanjang sejarah Amerika modern yang menghadapi eksekusi hingga dua kali. Smith juga menjadi orang pertama yang menjalani hukuman mati dengan gas nitrogen.
"Tubuh saya hancur. Berat badan saya terus turun," kata Smith dalam pernyataan tertulis yang dilayangkan untuk membalas pertanyaan BBC melalui perantara.
Pertemuan tatap muka antara jurnalis dan terpidana hukuman mati memang dilarang di Alabama. Kami menghubungi dia melalui telepon pekan lalu, tapi ia meminta agar tak ada sesi wawancara khusus karena badannya benar-benar dalam kondisi tidak baik.
"Saya mual setiap saat. Serangan panik terjadi rutin. Ini hanya sebagian kecil dari apa yang harus saya alami sehari-hari. Pada dasarnya, penyiksaan," tulisnya.
Ia memohon agar Alabama "menghentikan (eksekusi ini) sebelum terlambat."
AS sendiri menegaskan bahwa eksekusi menggunakan gas nitrogen akan membuat terpidana tak sadarkan diri dengan cepat. Namun, mereka tak pernah memberikan bukti pasti.
Baca juga: Inilah Makanan Terakhir Para Terpidana Mati: Dari Burger, Kentang Goreng, dan Es Krim
Para ahli kesehatan pun terus memperingatkan risiko kesalahan yang dapat berdampak fatal, seperti kejang dan kondisi vegetatif.
Kondisi vegetatif adalah gangguan kesadaran di mana seseorang terlihat sadar, tapi tak bisa merespons sekitar.
Risiko itu bahkan mencakup kemungkinan kebocoran gas nitrogen dari masker yang dapat membunuh orang di sekitar, termasuk pendamping keagamaan Smith.
"Saya yakin Kenny tak takut mati, tapi saya rasa dia takut dia akan tersiksa selama proses itu," ujar penasihat spiritual Smith, Jeff Hood.
Hood sendiri juga tak peduli. Ia bahkan sudah menandatangani surat yang menyatakan bahwa sudah mengetahui potensi kebocoran nitrogen.
"Saya akan berada di dekatnya, dan saya sudah diperingati berkali-kali oleh beberapa ahli medis bahwa saya membahayakan nyawa saya untuk melakukan ini," ucap Hood.
"Jika ada kebocoran dari selang, jika ada kebocoran dari masker, dari perekat di sekitar wajahnya, kebocoran nitrogen ke ruangan dapat terjadi."
Metode ini benar-benar dapat mencapai tingkat bahaya yang tak dapat ditoleransi, kata salah satu ahli yang mengirimkan hasil penyelidikannya ke PBB.
Seorang profesor anestesi di Fakultas Kedokteran Universitas Emory, Joel Zivot, menuding otoritas Negara Bagian Alabama memang memiliki rekam jejak "buruk" terkait eksekusi "kejam".