Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Jika Lahir Hari Ini, Yesus Akan Berada di Bawah Puing-puing Rumah di Gaza"

Kompas.com - 17/12/2023, 14:08 WIB
BBC News Indonesia,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

Dalam perang masa lalu, Gereja Santo Porphyrius dan Gereja Keluarga Kudus membuka pintunya bagi ratusan orang, Kristen maupun Muslim, untuk berlindung di dalam tembok-tembok mereka.

Pada kesempatan ini, kata Isaac, "para pastor menyadari sejak awal bahwa ini akan menjadi perang yang panjang, sehingga mereka segera memanggil semua orang Kristen untuk berlindung di gereja."

Serangan militer di Betlehem

Konflik yang terjadi Gaza juga dirasakan di Tepi Barat, yang mengalami peningkatan serangan oleh pemukim Israel terhadap warga Palestina.

Sejak 7 Oktober lalu, lebih dari 280 warga Palestina tewas, termasuk 63 anak, di wilayah Tepi Barat.

Betlehem, yang letaknya hanya belasan kilometer dari Yerusalem, dikelilingi oleh permukiman Israel, dan penduduknya juga mengalami ketegangan yang meningkat.

"Para pemukim (Yahudi) merasa ini adalah kesempatan mereka, karena tidak hanya perhatian semua orang berpusat pada Gaza, tetapi tidak ada yang meminta pertanggungjawaban atau mengendalikan mereka.

“Mereka melakukan apa yang mereka inginkan dan apa yang mereka bisa," ujar Pastor Munther Isaac.

Dalam dua bulan terakhir, kata Pastor, serangan militer Israel di Betlehem meningkat, dan banyak penduduk takut untuk melakukan perjalanan antarkota karena jalanan dikendalikan oleh tentara dan di sinilah para pemukim cenderung paling aktif.

Baca juga: Jumlah Korban Tewas di Gaza Tembus 18.800 Orang, Warga Pertanyakan Mengapa Ikut Diserang

Kota yang saat Natal biasanya paling ramai dengan kedatangan ribuan umat Kristiani yang ingin mengunjungi Basilika Kelahiran, situs Kristen tertua di dunia yang dulu terus-menerus dikunjungi.

Kini, suasananya sudah sangat berbeda dalam beberapa hari terakhir jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Natal dibatalkan

Lapangan Palungan, yang terletak di depan Basilika Kelahiran, hampir kosong meskipun sudah mendekati Natal. Di sinilah, para peziarah biasa berkunjung ke Yerusalem.

Kendati begitu, Lapangan Palungan merupakan tempat di mana Natal dirayakan tiga kali setahun: ritus Barat memulai perayaan pada 24 Desember, sementara gereja-gereja Ortodoks merayakannya pada 6 Januari dan orang-orang Armenia pada 19 Januari.

Namun, kesepian ini berimbas pada hotel, restoran, toko oleh-oleh, dan para pengrajin yang membuat patung-patung dan salib kayu zaitun. Padahal, mereka biasa mendapatkan dukungan ekonomi dari perayaan Natal bagi sebagian besar penduduknya.

Sejak 7 Oktober, pelaku bisnis perhotelan menerima pembatalan reservasi satu demi satu, juga untuk pesanan tahun depan, seperti yang diberitakan kantor berita Reuters.

Saat ini, kebanyakan doa-doa berfokus pada berakhirnya perang, meskipun Munther Isaac mengakui bahwa sulit bagi mereka untuk mempertahankan harapan:

"Di palungan kami, Yesus adalah harapan dan iman kami. Bukan perang, bukan belahan dunia lain, bukan politisi. Kami telah putus asa dengan komunitas internasional yang datang membantu kami," jelas Pastor Munther Isaac.

“Kami telah menyadari bahwa harapan terletak pada persatuan kami sebagai umat. Ini bukan waktunya untuk mengharapkan masa depan yang lebih baik, ini adalah waktu untuk berharap dan berdoa agar perang ini berakhir," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Baku Tembak Meningkat di Rafah, 82 Warga Palestina Terbunuh 24 Jam Terakhir

Baku Tembak Meningkat di Rafah, 82 Warga Palestina Terbunuh 24 Jam Terakhir

Global
Penyebab Gelombang Panas di Filipina dan Negara Asia

Penyebab Gelombang Panas di Filipina dan Negara Asia

Global
Komandan Hezbollah Tewas dalam Serangan Israel di Lebanon

Komandan Hezbollah Tewas dalam Serangan Israel di Lebanon

Global
Mengenal Peristiwa Nakba, Hilangnya Tanah Air Palestina

Mengenal Peristiwa Nakba, Hilangnya Tanah Air Palestina

Internasional
AS Peringatkan Georgia: Jangan Jadi Musuh Barat, Jangan Ikuti Rusia

AS Peringatkan Georgia: Jangan Jadi Musuh Barat, Jangan Ikuti Rusia

Global
Apa Itu UU ‘Agen Asing’ Georgia dan Mengapa Eropa Sangat Khawatir?

Apa Itu UU ‘Agen Asing’ Georgia dan Mengapa Eropa Sangat Khawatir?

Internasional
Anarki Laut China Selatan dan Urgensi Strategi 'Zero Conflict'

Anarki Laut China Selatan dan Urgensi Strategi "Zero Conflict"

Global
Italia Buru 142 Tersangka Anggota Mafia 'Ndrangheta

Italia Buru 142 Tersangka Anggota Mafia 'Ndrangheta

Global
Rangkuman Hari Ke-811 Serangan Rusia ke Ukraina: 280 Warga Sri Lanka Ikut Perang | Menhan Baru Rusia Ungkap Prioritasnya

Rangkuman Hari Ke-811 Serangan Rusia ke Ukraina: 280 Warga Sri Lanka Ikut Perang | Menhan Baru Rusia Ungkap Prioritasnya

Global
AS: Boeing Bisa Dituntut atas Jatuhnya Lion Air dan Ethiopian Airlines

AS: Boeing Bisa Dituntut atas Jatuhnya Lion Air dan Ethiopian Airlines

Global
Mengapa Presiden Putin Ganti Menteri Pertahanannya?

Mengapa Presiden Putin Ganti Menteri Pertahanannya?

Internasional
Konflik Gaza Dominasi Kampanye Pilpres AS, Isu Ukraina Memudar

Konflik Gaza Dominasi Kampanye Pilpres AS, Isu Ukraina Memudar

Global
Taiwan Deteksi 45 Pesawat China Terbang Dekati Wilayahnya, Terbanyak Sejauh Ini

Taiwan Deteksi 45 Pesawat China Terbang Dekati Wilayahnya, Terbanyak Sejauh Ini

Global
AS Siap Kirim Senjata Lagi ke Israel, Kali Ini Senilai Rp 16,1 Triliun

AS Siap Kirim Senjata Lagi ke Israel, Kali Ini Senilai Rp 16,1 Triliun

Global
Dituding Israel Tak Izinkan Bantuan Masuk ke Gaza, Mesir: Kalian Putar Balikkan Fakta 

Dituding Israel Tak Izinkan Bantuan Masuk ke Gaza, Mesir: Kalian Putar Balikkan Fakta 

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com