Dalam perayaan Hari Perempuan Internasional pada bulan Maret ini, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu dengan bangga mengumumkan bahwa sekitar 44.500 perempuan saat ini bertugas di tentara Rusia.
Dia mengatakan, 1.100 dari mereka terlibat langsung dalam "operasi militer khusus,” dan sepertiganya telah menerima penghargaan khusus dari negara.
Sekitar 1.300 orang sedang belajar di perguruan tinggi militer, Shoigu menambahkan, sebelum menggambarkan para perempuan tersebut sebagai "tentara yang memesona.”
Tahun lalu, 128 tentara perempuan Rusia mendapat penghargaan atas prestasi mereka, 24 di antaranya atas partisipasi mereka dalam operasi tempur garis depan.
Menurut kantor berita Rusia RIA Novosti, perempuan aktif di semua cabang angkatan bersenjata Rusia dan menjalankan 150 peran berbeda.
Namun, Shoigu tidak menyebutkan bahwa semakin banyak tahanan perempuan yang direkrut untuk bertugas di angkatan bersenjata Rusia, demikian menurut aktivis hak asasi manusia Olga Romanova dari organisasi nonpemerintah Russia Behind Bars.
Organisasinya membantu para tahanan dengan memberikan bantuan hukum dan dukungan lainnya.
Menurut organisasi tersebut, 50 narapidana perempuan direkrut setahun yang lalu. Saat itu, 50 perempuan yang ditahan di penjara di Kota Luhansk, Ukraina, yang dianeksasi oleh Rusia, bergabung dengan angkatan bersenjata Rusia.
Sejak itu, semakin banyak perempuan yang dipenjara telah mendaftar. Saat ini, Romanova mengatakan kepada DW, ada ribuan perempuan yang bertugas di militer Rusia.
Dia mengatakan, para perempuan ini adalah "korban propaganda Rusia.” Ada yang bergabung dengan tentara karena alasan moral, ada pula yang tergoda oleh uang.
Selain itu, hukuman penjara bagi mereka yang kembali dari medan perang akan dihapuskan. Banyak tahanan laki-laki juga telah direkrut untuk bertugas di tentara Rusia, tambahnya.
Baca juga: Benarkah Rusia Diuntungkan dari Perang Israel-Hamas?
Romanova tidak memiliki kontak dengan tentara perempuan Rusia yang tidak direkrut dari penjara. Namun ia berasumsi bahwa sebagian besar dari mereka mengikuti suaminya di garis depan, atau bekerja untuk pasukan keamanan negara atau sebagai polisi.
Apa dampak dari upaya Rusia untuk merekrut perempuan mengenai kondisi tentara Rusia? Romanova mengatakan kepada DW bahwa menurutnya hal ini mencerminkan kesetaraan terburuk yang mungkin terjadi.
"Jika saya tidak mengetahui kondisi penjara Rusia atau kondisi di garis depan, menurut saya kita melihat kesetaraan nyata antara laki-laki dan perempuan, tapi tentu saja ini adalah hal yang sangat buruk. Perempuan digunakan sebagai umpan Meriam. Jadi dalam hal ini mereka dianggap setara dengan laki-laki.”
Dia berharap banyak perempuan Rusia yang menentang perang dan meninggalkan gagasan patriotisme yang salah.
Baca juga: Presiden Ukraina Belum Siap Bicara dengan Rusia
Artikel ini pernah dimuat di DW Indonesia dengan judul Rusia Rekrut Perempuan Buat Perangi Ukraina.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.