Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dubes Ukraina Respons Langkah ASEAN: Deklarasi Saja Tak Bisa Akhiri Perang

Kompas.com - 20/07/2023, 19:30 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Vasyl Hamianin, Dubes Ukraina untuk Republik Indonesia, mengapresiasi upaya negara-negara ASEAN yang terus mendukung upaya perdamaian dalam konflik Rusia-Ukraina.

Ekslusif kepada Kompas.com, Hamianin pada Kamis (20/7/2023), juga menegaskan bahwa apa yang terjadi di negarnya bukan hanya konflik. Lebih dari itu, menurutnya, Rusia telah melakukan kejahatan perang.

"Menggunakan istilah konflik di Ukraina sama sekali tidak memadai. Kita sedang mengalami perang besar sebagai akibat dari invasi Rusia secara besar-besaran ke wilayah Ukraina," ujarnya.

Baca juga: Jelang Pemilu, Malaysia Bentuk Unit Khusus Atasi Isu Ras dan Agama

"Karena itu, istilah yang benar adalah perang Rusia melawan Ukraina, agresi bersenjata Rusia, atau invasi tentara Rusia ke Ukraina," tambahnya.

Seperti diketahui, negara-negara anggota ASEAN mengadopsi Komunike Bersama pada tanggal 13 Juli mengenai hasil Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN ke-56, yang secara khusus mencatat bahwa dalam konteks situasi di Ukraina.

Hamianin merespons positif langkah itu. Menurutnya, para anggota ASEAN terus menegaskan penghormatan mereka terhadap kedaulatan, kemerdekaan politik, dan integritas teritorial.

"ASEAN juga sekali lagi menyerukan kepatuhan terhadap Piagam PBB dan norma-norma hukum internasional, menekankan pentingnya penghentian permusuhan segera dan partisipasi serius dalam dialog yang tulus untuk penyelesaian konflik secara damai," ujarnya.

ASEAN, yang juga mendukung upaya Sekretaris Jenderal PBB untuk solusi damai, menyerukan promosi akses yang cepat, aman, dan tanpa hambatan untuk bantuan kemanusiaan bagi mereka yang membutuhkan di Ukraina.

Perkumpulan negara-negara Asia Tenggara itu juga berfokus pada perlindungan warga sipil, personil kemanusiaan, dan orang-orang yang berada dalam situasi yang rentan.

Tapi Hamianin menegaskan bahwa perang tak bisa hanya diakhiri dengan deklarasi.

Baca juga: Apa Motif Tentara AS yang Nekat Seberangi Korut?

"Pada saat yang sama, seperti yang telah kita lihat dengan pasti selama 9 tahun terakhir, sejak awal pendudukan Rusia di Crimea dan sebagian Donbass, deklarasi saja tidak cukup untuk mengakhiri perang!" ujarnya.

"Kita harus bertindak. Dengan tegas dan bersama-sama, karena bersama kita lebih kuat.
Di Ukraina, seperti halnya di negara-negara lain yang mengalami invasi asing yang agresif, tidak ada waktu untuk basa-basi dan diskusi jangka panjang," tambahnya.

Perang Ukraina melawan Rusia, menurut Hamianin, sekali lagi menunjukkan bahwa demokrasi dunia sedang tak baik-baik saja. Maka dari itu, dibutuhkan lebih banyak dukungan dari negara-negara di dunia.

"Demokrasi harus kuat, tegas, dan dipersenjatai dengan baik serta efektif dalam mengambil keputusan-keputusan yang sulit," ujarnya.

Baca juga: Bukan Drone, Ini Ancaman Terbesar Pasukan Ukraina di Medan Perang...

"Hanya dengan demikian demokrasi global akan memiliki kesempatan untuk melindungi dirinya sendiri dari perambahan kediktatoran yang agresif seperti imperialisme Rusia," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Global
Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Global
Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Global
Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Internasional
Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Global
Bagaimana Rencana 'The Day After' Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Bagaimana Rencana "The Day After" Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Internasional
Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Global
Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis 'Habisi Mereka' di Rudal Israel...

Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis "Habisi Mereka" di Rudal Israel...

Global
Rangkuman Hari Ke-825 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Minta Dunia Tak Bosan | Putin Wanti-wanti Barat soal Senjata

Rangkuman Hari Ke-825 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Minta Dunia Tak Bosan | Putin Wanti-wanti Barat soal Senjata

Global
Tragedi di Desa Yahidne Dinilai Jadi Gambaran Rencana Putin atas Ukraina

Tragedi di Desa Yahidne Dinilai Jadi Gambaran Rencana Putin atas Ukraina

Internasional
Kolombia Selangkah Lagi Larang Adu Banteng mulai 2027

Kolombia Selangkah Lagi Larang Adu Banteng mulai 2027

Global
Hamas Tewaskan 1.189 Orang, Israel 36.096 Orang

Hamas Tewaskan 1.189 Orang, Israel 36.096 Orang

Global
Taiwan Minta Dukungan Indonesia di Tengah Latihan Militer China

Taiwan Minta Dukungan Indonesia di Tengah Latihan Militer China

Global
Israel Mengelak Serangannya ke Rafah Sebabkan Kebakaran Mematikan

Israel Mengelak Serangannya ke Rafah Sebabkan Kebakaran Mematikan

Global
[POPULER GLOBAL] Serangan Israel Bakar Hidup-hidup Pengungsi | Biden Terkesan Membela

[POPULER GLOBAL] Serangan Israel Bakar Hidup-hidup Pengungsi | Biden Terkesan Membela

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com