Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Rusia-Ukraina Memasuki Hari Ke-500, PBB Kecam Kematian 9.000 Warga Sipil

Kompas.com - 08/07/2023, 14:00 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

JENEWA, KOMPAS.com - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengecam banyaknya kematian warga sipil yang ditimbulkan oleh perang Rusia-Ukraina.

Perang tersebut genap berusia 500 hari pada Sabtu (8/7/2023).

Misi Pemantauan Hak Asasi Manusia PBB di Ukraina (HRMMU) mencatat, lebih dari 9.000 warga sipil, termasuk 500 anak-anak, telah terbunuh sejak Rusia melancarkan invasi ke Rusia pada 24 Februari 2022.

Baca juga: Ukraina Klaim Ledakan Pasokan Rudal di Crimea, Rusia Sebut Warga Sipil Jadi Sasaran

"Hari ini kita menandai tonggak sejarah suram lainnya dalam perang yang terus menimbulkan korban jiwa yang mengerikan bagi warga sipil Ukraina," kata Noel Calhoun, Wakil Kepala HRMMU, dalam sebuah pernyataan yang menandai serangan Rusia ke Ukraina hari ke-500.

Meski rata-rata jumlah korban tewas akibat perang pada tahun ini lebih rendah daripada tahun 2022, angka tersebut mulai naik lagi pada bulan Mei dan Juni.

Pada 27 Juni, sebanyak 13 warga sipil, termasuk empat anak-anak, dilaporkan tewas dalam serangan rudal di Kramatorsk di Ukraina timur.

Sementara, jauh dari garis depan, di kota Lviv, Ukraina barat, tim penyelamat menemukan mayat ke-10 di reruntuhan bangunan pada Jumat (7/7/2023). Sedangkan 37 orang terluka akibat serangan yang terjadi pada Kamis (6/7/2023) dini hari tersebut.

Wali Kota Lviv, Andriy Sadovy, menyebut serangan itu sebagai serangan terbesar terhadap infrastruktur sipil di kotanya yang pernah terjadi sejak dimulainya invasi Rusia ke Ukraina.

"Lebih dari 50 apartemen telah hancur dan sebuah asrama di Lviv Polytechnic University rusak," tulisnya di Telegram, sebagaimana dikutip dari AFP.

UNESCO mengatakan, bahwa serangan itu juga merupakan serangan pertama yang terjadi di area yang dilindungi oleh Konvensi Warisan Dunia dan telah merusak sebuah bangunan bersejarah.

Baca juga: Pengakuan Wartawan Rusia: Pembantaian Bucha Jadi Titik Balik

Rusia secara teratur membombardir Ukraina dengan serangan udara, termasuk tembakan artileri dan rudal tanpa pandang bulu yang sangat mematikan.

Serangan-serangan tersebut juga menargetkan infrastruktur dan jalur pasokan, membuat warga sipil kehilangan listrik dan air.

Kota Bucha dan Mariupol menjadi buah bibir atas kekejaman Rusia pada tahun lalu.

Itu terjadi setelah laporan dan gambar-gambar pembantaian di sana mengejutkan dunia dan memicu tuduhan kejahatan perang dan bahkan genosida oleh negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin.

Di kota Bucha yang dulunya sepi, jurnalis AFP menyaksikan satu jalan yang dipenuhi mayat demi mayat dengan pakaian sipil pada bulan April 2022.

Citra satelit kemudian menunjukkan bahwa beberapa mayat telah tergeletak di jalan sejak pertengahan Maret, ketika kota itu berada di bawah kendali Rusia, sementara pihak berwenang Ukraina mengatakan bahwa ratusan orang telah terbunuh di Bucha oleh pasukan Moskwa yang mundur.

Baca juga: Setahun Invasi Rusia ke Ukraina: 8.006 Warga Sipil Tewas, 13.287 Orang Terluka

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

Global
PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

Global
Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Global
13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

Global
Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

Global
Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Global
Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Global
China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com