Pada saat yang sama, dukungan untuk konfrontasi bersenjata paling tinggi di antara warga berusia di bawah 30 tahun, dengan lebih dari 56 persen mendukung kembalinya intifada atau pemberontakan melawan Israel, menurut jajak pendapat terbaru pada bulan Maret.
Pada tahun lalu, banyak kelompok milisi baru bermunculan di Kota Nablus dan Jenin di bagian utara Tepi Barat, menantang legitimasi pasukan keamanan Otoritas Palestina.
Kelompok paling terkenal adalah Sarang Singa dan Brigade Jenin, yang telah melakukan serangan-serangan terhadap pasukan dan pemukim Israel di Tepi Barat.
BBC bergabung dengan Brigade Jenin pada pukul 02.00 saat mereka melakukan latihan di jalan-jalan kamp pengungsi Jenin yang seperti labirin.
Setiap anggota dipersenjatai dengan senapan serbu M16 dan mengenakan pakaian hitam dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Mereka berjalan pelan-pelan dalam formasi satu baris, senapan mereka mengarah ke depan, memeriksa gang-gang dan atap-atap rumah sambil bergerak.
Sebagian besar adalah pria berusia 20-an, para prajurit ini mengklaim mereka bukan bagian dari kelompok-kelompok milisi besar dan terang-terangan menolak berhubungan dengan partai-partai politik di wilayah Palestina.
Salah seorang anggota milisi, Mujahid (28), mengatakan kepada BBC bahwa generasinya tidak diwakili oleh kepemimpinan saat ini.
Baca juga: Indonesia Diserukan Tunjuk Utusan Khusus Kawal Isu Palestina, Ini Pentingnya
“Pemuda Palestina sudah kehilangan harapan dengan metode politik selama 30 tahun terakhir,” ujarnya.
Apakah dia mendukung kekerasan sebagai solusi?
“Para penjajah ini masuk ke sini setiap hari dan membunuh dengan darah dingin, di siang bolong,” ujarnya, merujuk pada pasukan Israel.
“Para penjajah ini hanya mengerti bahasa kekerasan.”
Dengan ketiadaan pemilihan umum atau presiden, pemilihan ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di universitas menjadi barometer suhu politik.
Universitas Birzeit di Tepi Barat dan pemilihan BEM-nya secara luas dianggap sebagai cerminan dari suasana politik di wilayah tersebut.
Perubahan sentimen juga terlihat jelas di sini. Partai mahasiswa Fatah, sayap pemuda dari partai dominan di Otoritas Palestina, selalu berhasil bertahan melawan partai-partai Islam oposisi, termasuk saingan utama Fatah, Hamas. Tapi itu berubah pada tahun lalu.