KOMPAS.com - Populer Global hari ini mencakup berita Rusia menempatkan senjata nuklir taktisnya di Belarus, dan seorang pria Kamboja tewas usai jatuh ke kandang berisi 40 buaya.
Sementara itu, India menyalip China sebagai negara dengan populasi penduduk terbanyak di dunia.
Rangkuman artikel-artikel Populer Global sepanjang Jumat (26/5/2023) hingga Sabtu (27/5/2023) pagi dapat Anda baca selengkapnya di bawah ini.
Presiden Belarus Alexander Lukashenko pada Kamis (25/5/2023) mengatakan, Rusia telah mulai memindahkan senjata nuklir ke negaranya.
Ketika diungkap oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada Maret lalu, rencana penempatan senjata nuklir taktis atau jarak pendek di Belarus ini telah menuai kecaman dari Barat.
Pengumuman Putin saat itu memicu kekhawatiran akan berkembangnya konflik nuklir.
Baca selengkapnya di sini.
Seorang pria di Kamboja tewas setelah terjatuh ke kandang berisi sekitar 40 buaya pada Jumat (26/5/2023).
Kejadian bermula ketika pria berusia 72 tahun itu mencoba mengeluarkan seekor buaya dari kandang setelah hewan itu bertelur di sana.
Baca selengkapnya di sini.
India baru saja menyalip China sebagai negara dengan jumlah populasi di dunia menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Apakah mereka mampu menyaingi tetangga mereka sebagai negara adidaya global juga?
China masih unggul dalam hal ekonomi, pengaruh geopolitis, dan kekuatan militer. Tetapi keadaan ini sedang berubah, kata para ahli.
Baca selengkapnya di sini.
Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada hari Senin (22/5/2023) memperingatkan bahwa keadaan darurat kesehatan di masa depan bisa lebih parah daripada pandemi Covid-19.
DIa mendesak anggota badan tersebut untuk mulai mempersiapkan krisis kesehatan global berikutnya, lapor CBS News.
Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur jenderal WHO, mengeluarkan peringatan tersebut saat berbicara pada pertemuan Majelis Kesehatan Dunia ke-76 di Jenewa, Swiss.
Baca selengkapnya di sini.
Start-up milik Elon Musk, Neuralink pada Kamis (25/5/2023) mengatakan, telah mendapat persetujuan dari regulator AS untuk menguji implan otak pada manusia.
Neuralink menyampaikan, izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) untuk studi klinis terhadap manusia ini menjadi langkah penting pertama guna pengembangan teknologi mereka.
Baca selengkapnya di sini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.