Sebelumnya Kapuspen TNI, Julius Widjojono, menyatakan Panglima TNI telah memerintahkan untuk melancarkan operasi siaga tempur di daerah rawan di Papua usai lima prajurit TNI tewas dalam baku tembak dengan TPNPB-OPM pada akhir April lalu ketika sedang melaksanakan operasi pembebasan pilot Susi Air.
Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, menjelaskan operasi siaga tempur merupakan kondisi di mana tentara dalam keadaan siap bertempur secara efektif.
Itu artinya, semua bentuk persenjataan yang digunakan sudah siap tembak jika sewaktu-waktu terjadi ancaman.
Prajurit juga, sambungnya, tidak perlu lagi ragu-ragu melepaskan tembakan ketika terjadi pengadangan maupun serangan.
"Jadi bukan sekadar stand by di titik-titik atau pos tertentu. Tapi di pos tertentu yang mereka tempati, mereka sudah harus dalam kondisi siap. Senjata sudah kepegang terus. Bukan kalau ada serangan baru lari-lari ambil senjata," terang Khairul Fahmi kepada BBC News Indonesia, Rabu (19/4).
Namun begitu Khairul Fahmi mengingatkan kalau operasi siaga tempur ini bakal meningkatkan intensitas kekerasan dan rasa takut di masyarakat.
Sebab tidak menutup kemungkinan terjadi salah sasaran penembakan atau pemukulan terhadap warga sipil yang dianggap simpatisan TPNPB-OPM.
Baca juga: Pengamat: Filipina Termasuk Pemasok Utama Senpi yang Dipakai KKB di Papua
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.