Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/05/2023, 08:22 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

JENEWA, KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis (11/5/2023) menyatakan mpox sekarang bukan lagi penyakit yang dimasukkan dalam keadaan darurat kesehatan global.

Ini hampir tepat setahun setelah penyakit yang sebelumnya dikenal sebagai cacar monyet itu mulai menyebar ke seluruh dunia.

Pada pengarahan di kantor pusat WHO di Jenewa, Direktur Jenderal WHO Tedros Ghebreyesus mengatakan, komite darurat organisasi urusan mpox telah bertemu dan menganjurkan wabah  itu tidak lagi mewakili darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional. Anjuran itu diterima.

Baca juga: Darurat Kesehatan Covid-19 Usai, Ini Pembaruan Aturan Korea Selatan

Salah satu faktor utama dalam keputusan yang dikutip Tedros adalah penurunan kasus penyakit hampir 90 persen dalam tiga bulan terakhir dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya.

WHO mengumumkan kabar baik ini hanya berselang seminggu setelah mereka mengatakan bahwa Covid-19 juga tidak lagi menjadi darurat kesehatan global yang menjadi perhatian internasional (PHEIC).

"Sementara keadaan darurat mpox dan Covid-19 sama-sama berakhir, ancaman gelombang kebangkitan tetap ada untuk keduanya. Kedua virus tersebut terus beredar dan keduanya terus membunuh," kata Tedros, dikutip dari AFP.

"Mpox terus menimbulkan tantangan kesehatan masyarakat yang signifikan yang membutuhkan tanggapan yang kuat, proaktif, dan berkelanjutan," tambahnya menyerukan negara-negara untuk tetap waspada.

Meskipun sudah lama ada di beberapa negara di Afrika Tengah dan Afrika Barat, pada Mei tahun lalu kasus mpox mulai muncul di Eropa, Amerika Utara, lalu di tempat lain.

Baca juga: WHO: Covid-19 Tak Lagi Jadi Darurat Kesehatan Global

Penyakit ini kebanyakan dialami oleh pria yang berhubungan seks dengan pria.

WHO menyatakan mpox adalah PHEIC pada bulan Juli. Tetapi jumlah orang yang terinfeksi penyakit yang menyebabkan demam, nyeri otot, dan lesi kulit seperti bisul besar tersebut terus menurun sejak saat itu.

Menurut hitungan WHO, ada lebih dari 87.000 kasus dan 140 kematian yang telah dilaporkan dari 111 negara selama wabah global.

Tetapi, kata Tedros, hampir 90 persen lebih sedikit kasus yang tercatat selama tiga bulan terakhir dibandingkan dengan periode tiga bulan sebelumnya.

“Sementara kami menyambut baik tren penurunan kasus Mpox secara global, virus terus menyerang masyarakat di semua wilayah, termasuk di Afrika, di mana penularannya masih belum dipahami dengan baik,” katanya.

Setelah status Covid dan mpox dicabut, kini hanya ada satu PHEIC yang dinyatakan WHO, yakni virus polio yang diumumkan pada Mei 2014.

Baca juga: Cacar Monyet jadi Darurat Kesehatan Publik di AS

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Ribuan Perempuan Argentina Unjuk Rasa Bela Aborsi

Ribuan Perempuan Argentina Unjuk Rasa Bela Aborsi

Global
Heboh Penembakan di Rotterdam, 3 Orang Tewas, Pelaku Kenakan Pakaian Tempur

Heboh Penembakan di Rotterdam, 3 Orang Tewas, Pelaku Kenakan Pakaian Tempur

Global
[POPULER GLOBAL] Domba Yunani Santap Ganja | Nasib Travis King Terbaru

[POPULER GLOBAL] Domba Yunani Santap Ganja | Nasib Travis King Terbaru

Global
 Pria Kanada Mukbang 50 Cabai Terpedas di Dunia Kurang dari 7 Menit

Pria Kanada Mukbang 50 Cabai Terpedas di Dunia Kurang dari 7 Menit

Global
Jual Rumah Tua, Agen Pemasaran Malah Pasang Tulisan 'Mungkin Berhantu' di Depan Rumah

Jual Rumah Tua, Agen Pemasaran Malah Pasang Tulisan "Mungkin Berhantu" di Depan Rumah

Global
Saat Domba-domba di Yunani Tak Sengaja Menyantap Daun Ganja Lalu Melompat Liar...

Saat Domba-domba di Yunani Tak Sengaja Menyantap Daun Ganja Lalu Melompat Liar...

Global
Australia Gelar Simposium Akademik Pertama di Dunia tentang Taylor Swift Effect

Australia Gelar Simposium Akademik Pertama di Dunia tentang Taylor Swift Effect

Global
Nasib Travis King, Tentara AS yang Kabur Setelah Diusir Korut

Nasib Travis King, Tentara AS yang Kabur Setelah Diusir Korut

Global
Israel Buka Kembali Penyeberangan Gaza, Izinkan Warga Palestina Kembali Bekerja

Israel Buka Kembali Penyeberangan Gaza, Izinkan Warga Palestina Kembali Bekerja

Global
Sosok Viktor Sokolov, Komandan Rusia yang Muncul Usai Diklaim Tewas oleh Ukraina

Sosok Viktor Sokolov, Komandan Rusia yang Muncul Usai Diklaim Tewas oleh Ukraina

Global
AS Tahan Travis King, Tentara yang Kabur ke Korea Utara

AS Tahan Travis King, Tentara yang Kabur ke Korea Utara

Global
Keuntungan AS di Balik Normalisasi Hubungan Arab Saudi dan Israel

Keuntungan AS di Balik Normalisasi Hubungan Arab Saudi dan Israel

Global
Angka Kelahiran Rendah di Korsel Bisa Jadi Peluang Pendidikan bagi Indonesia

Angka Kelahiran Rendah di Korsel Bisa Jadi Peluang Pendidikan bagi Indonesia

Global
Rangkuman Hari Ke-581 Serangan Rusia ke Ukraina: Bulgaria Kirim Rudal Tua | Evakuasi Anak-anak Zaporizhzhia

Rangkuman Hari Ke-581 Serangan Rusia ke Ukraina: Bulgaria Kirim Rudal Tua | Evakuasi Anak-anak Zaporizhzhia

Global
Jerman Selidiki Dugaan Kejahatan Perang oleh Rusia di Gostomel Ukraina

Jerman Selidiki Dugaan Kejahatan Perang oleh Rusia di Gostomel Ukraina

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com