NAIROBI, KOMPAS.com - Ahli patologi memulai otopsi terhadap lebih dari 100 mayat korban sekte kalaparan di Kenya pada Senin (1/5/2023).
Sebanyak 109 pengikut Gereja Good News International atau Kabar Baik Internasional yang berbasis di Hutan Shakahola di Kenya timur diketahui telah ditemukan dalam kondisi tak bernyawa.
Pihak berwenang menemukan 101 mayat dari kuburan dangkal sejak 21 April, sementara delapan anggota sekte ditemukan hidup, tetapi kemudian meninggal. Sejauh ini, 44 orang telah diselamatkan.
Baca juga: Hal yang Dikatakan Pemimpin Gereja di Kenya sampai Pengikutnya Mau Kelaparan dan Mati
Jumlah kematian tersebut menjadi salah satu tragedi terburuk terkait sekte dalam sejarah baru-baru ini.
Sayangnya, jumlah korban sekte kelaparan di Kenya ini diperkirakan akan terus meningkat.
Sebab, Palang Merah Kenya mengatakan, lebih dari 300 orang telah dilaporkan hilang.
Pemimpin kultus Paul Mackenzie telah ditahan polisi sejak 14 April lalu. Dia ditahan bersama 14 anggota kultus lainnya.
Media Kenya melaporkan bahwa dia menolak makanan dan air.
Mackenzie tidak memberikan komentar publik.
Reuters berbicara dengan dua pengacara yang bertindak untuk Mackenzie, tetapi keduanya menolak mengomentari tuduhan terhadapnya.
Dia sebelumnya dilaporkan telah menginstruksikan kepada para pengikutnya untuk mati kelaparan agar menjadi orang pertama yang masuk surga.
Kepala Ahli Patologi Pemerintah Kenya, Johansen Oduor, akan memimpin pemeriksaan postmortem.
Baca juga: Paul Nthenge Mackenzie, Pemimpin Sekte Kelaparan di Kenya yang Tewaskan 90 Orang
"Kami akan melakukan otopsi dalam tim," katanya dalam konferensi pers.
Oduor mengatakan, pemerintah sedang mengumpulkan sampel DNA dari mereka yang telah melaporkan kerabat yang hilang dan akan melakukan pencocokan dalam proses yang akan memakan waktu setidaknya sebulan.
Menteri Dalam Negeri Kenya, Kithure Kindiki, mengatakan pada Jumat (28/4/2023), sebagian besar jenazah terkait korban sekte kelaparan di Kenya yang ditemukan sejauh ini adalah anak-anak.
Dia menuturkan, otopsi akan melihat semua kemungkinan, termasuk apakah beberapa mayat memiliki organ yang hilang atau tidak.
Pada Minggu (30/4/2023), Presiden Kenya William Ruto mengatakan, dia akan menunjuk komisi penyelidikan yudisial minggu ini untuk menyelidiki apa yang terjadi di Shakahola.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.