NAIROBI, KOMPAS.com - Pemimpin sekte Kristen di Kenya akan hadir di pengadilan, pekan depan, setelah penemuan 90 jenazah di tanah miliknya.
Pendeta Paul Nthenge Mackenzie mengaku telah menutup Gereja Good News International miliknya pada 2019, setelah hampir dua dekade beroperasi.
Namun, BBC menemukan ratusan khotbahnya di internet, beberapa di antaranya tampak direkam setelah gereja itu ditutup.
Seperti apa Pendeta Mackenzie di mata para pengikutnya, sampai-sampai para pengikutnya bersedia kelaparan sampai mati?
Baca juga: Korban Ajaran Sesat Gereja di Kenya yang Praktikkan Kelaparan Terus Naik, 73 Mayat Ditemukan
Dengan suara yang serak, tapi bersemangat, Pendeta Mackenzie menyampaikan khotbah soal kiamat di hadapan banyak jemaat.
"Kita akan memenangkan pertempuran…jangan biarkan siapa pun mundur…perjalanan akan segera selesai," tulisan ini tertera di layar.
Serangkaian video di saluran YouTube gerejanya menampilkan judul: "Anak-anak Akhir Zaman" dan memperlihatkan sekelompok anak kecil menyampaikan pesan ke kamera.
Saluran YouTube ini memiliki ribuan pelanggan dan halaman Facebook yang dibuat oleh gerejanya terhubung ke banyak video.
Tidak jelas kapan khotbah itu direkam, tetapi ada referensi untuk acara selanjutnya di Nairobi pada Januari 2020.
Hal ini bertentangan dengan klaim Pendeta Mackenzie yang mengaku telah mengakhiri kegiatan khotbahnya di tahun sebelumnya.
Baca juga: Kronologi Kasus Sekte Kelaparan di Kenya yang Tewaskan 89 Orang
Para mantan anggota gereja mengeklaim mereka dipaksa berpuasa sebagai bagian dari kepatuhan.
Dalam puluhan video yang BBC saksikan, tidak ada bukti bahwa Pendeta Mackenzie secara langsung memerintahkan jemaatnya untuk berpuasa.
Akan tetapi, ada banyak perkataan kepada para pengikutnya untuk mengorbankan apa yang mereka sayangi, termasuk nyawa mereka.
"Ada orang-orang yang bahkan tidak mau berkhotbah (tentang) Yesus. Mereka mengatakan anak-anak mereka menangis karena lapar, biarkan mereka mati. Apakah ada masalah di sana?"