Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perayaan Revolusi Iran Diwarnai Peretasan Siaran Pidato Presiden Ebrahim Raisi

Kompas.com - 13/02/2023, 12:16 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

Penulis: VOA Indonesia

TEHERAN, KOMPAS.com - Perayaan Revolusi Iran ke-44 yang meriah sempat terganggu setelah peretas dari kelompok anti-pemerintah meretas pidato Presiden Ebrahim Raisi yang disiarkan di televisi, Sabtu (11/2/2023).

Pemerintah garis keras Raisi menghadapi salah satu tantangan paling berani dari pengunjuk rasa yang didominasi oleh generasi muda yang menyerukan penggulingan kekuasaannya.

Namun Raisi mengimbau "para pemuda yang tertipu" untuk bertobat sehingga mereka dapat diampuni oleh pemimpin tertinggi Iran.

Baca juga: Peretas Anti-Pemeritah Menyela Pidato Langsung Presiden Iran

Terkait dengan hal itu, dia menyerukan kepada warga yang berkumpul di Lapangan Azadi di Teheran, "rakyat Iran akan merangkul mereka dengan tangan terbuka."

Pidato Raisi yang disiarkan langsung di televisi terputus di internet selama sekitar satu menit dan logo kelompok peretas pemerintah anti-Iran bernama Edalate Ali (Keadilan Ali) muncul di layar.

Protes nasional melanda Iran setelah kematian Mahsa Amini yang berusia 22 tahun pada September 2022 dalam tahanan polisi moral negara itu.

Pasukan keamanan telah menanggapi dengan tindakan keras yang mematikan terhadap protes. Demo-demo itu adalah beberapa tantangan tersulit bagi Iran sejak revolusi 1979 yang mengakhiri 2.500 tahun monarki.

Baca juga: Dubes Iran: Indonesia Sama Seperti Iran, Tak Memihak Timur atau Barat

Sebagai bagian dari amnesti yang menandai peringatan revolusi, otoritas Iran pada Jumat (10/2/2023) membebaskan pembangkang Farhad Meysami yang dipenjara. Ia melakukan mogok makan, dan akademisi Iran-Perancis Fariba Adelkhah.

Pada Minggu (12/2/2023), Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengeluarkan amnesti yang mencakup sejumlah besar tahanan, termasuk beberapa yang ditangkap dalam protes anti-pemerintah baru-baru ini.

Kelompok HAM HRANA mengatakan puluhan tahanan politik dan pengunjuk rasa, termasuk beberapa tokoh terkemuka, telah dibebaskan di bawah amnesti tetapi kondisi pasti pembebasan mereka tidak diketahui.

Aktivis hak-hak asasi manusia (HAM) telah menyatakan keprihatinannya di media sosial bahwa banyak tahanan yang mungkin telah dipaksa untuk menandatangani janji untuk tidak mengulangi "pelanggaran" sebelum dibebaskan. Kejaksaan membantahnya pada Jumat.

Baca juga: Pemimpin Oposisi Iran Serukan Transformasi Fundamental: Perempuan, Kehidupan, dan Kebebasan

HRANA mengatakan bahwa hingga Jumat, 528 pengunjuk rasa telah tewas, termasuk 71 anak di bawah umur.

Dikatakan 70 pasukan keamanan pemerintah juga tewas. Sebanyak 19.763 pengunjuk rasa diyakini telah ditangkap.

Para pemimpin Iran dan media pemerintah selama berminggu-minggu mengimbau warga agar berbondong-bondong ke pawai-pawai pada pada Sabtu untuk menunjukkan solidaritas dan popularitas. Imbauan itu untuk menanggapi protes-protes anti-pemerintah.

Pada malam peringatan yang digelar pada Jumat malam, media pemerintah menayangkan kembang api sebagai bagian dari perayaan yang disponsori pemerintah, dan orang-orang meneriakkan "Allahu Akbar! Namun, banyak yang terdengar meneriakkan "Matilah diktator!" dan “Matilah Republik Iran” pada video yang diunggah di media sosial itu.

Artikel ini pernah tayang di VOA Indonesia dengan judul Perayaan Revolusi Iran Diwarnai Peretasan Siaran Pidato Presiden Raisi.

Baca juga: Israel Kemungkinan Dalang Serangan Drone di Pabrik Peralatan Militer Iran

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com