Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perdebatan Pengiriman Tank Leopard 2 ke Ukraina, Jadi "Game Changer" atau Tidak?

Kompas.com - 25/01/2023, 12:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Newsweek

BERLIN, KOMPAS.com – Mantan Panglima NATO James Stavridis menyakini bahwa pengiriman tank Leopard 2 oleh Jerman ke Ukraina dapat menjadi game changer alias pengubah permainan dalam perang di Ukraina.

Diberitakan sebelumnya, Kanselir Jerman Olaf Scholz sepakat untuk memasok Ukraina dengan tank Leopard 2, menurut laporan sejumlah media Jerman termasuk Der Spiegel, Selasa (24/1/2023).

Jerman juga akan memberikan izin re-ekspor Leopard 2 dari sejumlah negara, seperti Polandia dan Finlandia, ke Ukraina.

Baca juga: Akhiri Drama, Jerman Mau Kirim Tank Leopard 2 ke Ukraina

Pemerintah Jerman akan mengizinkan setidaknya salah satu perusahaan mengirim tank Leopard 2 dari stok angkatan bersenjata Jerman, alias Bundeswehr.

“Jika benar, ini akan benar-benar menjadi pivot poin dalam perang. Bagus sekali, Jerman, dan Danke Schoen (terima kasih),” tulis Stavridis, yang merupakan pensiunan laksamana Angkatan Laut AS, di Twitter.

Sementara itu, pensiunan perwira militer AS, Mark Cancian, mengatakan kepada Newsweek bahwa dia menghormati Stavridis beserta pendapatnya.

Kendati demikian, Cancian yang kini menjadi analis di lembaga think tank Center for Strategic and International Studies, tidak sependapat dengan Stavridis bahwa tank Leopard 2 dapat menyebabkan perubahan drastis dalam perang di Ukraina.

Baca juga: AS Beri Sinyal Siap Kirim Tank Abrams ke Ukraina

Tank-tank NATO akan bermanfaat karena mereka tidak terlalu rentan dan memiliki kontrol tembakan yang lebih baik,” kata Cancian.

Dia menuturkan, tank-tank buatan negara anggota NATO, termasuk Jerman, dapat mengenai sasaran pada jarak yang lebih jauh daripada tank Rusia.

“Namun, jumlahnya akan relatif kecil bahkan jika banyak negara berkontribusi, dibandingkan dengan sekitar 800 tank yang sudah dimiliki Ukraina,” ucap Cancian.

“Tidak ada yang namanya game changer atau peluru perak. Kemenangan Ukraina akan dibangun oleh efek kumulatif dari peralatan yang ditingkatkan secara keseluruhan dan peningkatan pelatihan,” sambung Cancian.

Baca juga: Polandia Resmi Minta Persetujuan Jerman Kirim Tank ke Ukraina, Ini Respons Rusia

Sementara itu, seorang analis di lembaga think tank Cato Institute, Jordan Cohen, mengatakan kepada Newsweek bahwa dampak langsung yang disebabkan pengiriman tank Leopard 2 ke Ukraina adalah hal yang mustahil.

Hal itu karena mengingat waktu yang dibutuhkan untuk melatih pasukan Ukraina dalam mengoperasikan tank Leopard 2.

Meski demikian, dia tetap optimistis akan ada dampak positifnya dalam jangka pendek.

“Mereka (tank Leopard 2) jelas akan berguna untuk memperoleh wilayah. Ketakutan saya adalah bahwa Rusia, seperti yang sudah terjadi selama konflik, akan beradaptasi. Lebih sulit untuk mempertahankan wilayah daripada merebut, tapi itu bahkan tidak sejauh yang dibutuhkan Rusia,” ujar Cohen.

Baca juga: Jadi Polemik Belakangan Ini, Polandia Akhirnya Akan Kirim Tank Leopard ke Ukraina

Cohen menyebutkan, Rusia dengan tega dan berani mengancam serta menyerang warga sipil dan infrastruktur Ukraina.

Masih ada beberapa pertanyaan seputar bantuan lanjutan NATO ke Ukraina, tambah Cohen, meski tank dan sistem pertahanan udara Patriot menunjukkan investasi sebagai bagian dari strategi perang dalam masa yang lebih lama.

“Saya perkirakan, begitu (Rusia beradaptasi) karena harus berperang melawan tank, mereka sekali lagi akan meningkatkan biaya (yang dikeluarkan Moskwa) untuk mempertahankan wilayahnya,” kata Cohen.

Baca juga: Jerman Tidak Melarang Jika Polandia Kirim Tank ke Ukraina

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com