Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Edith Thompson, Kisah Istri yang Dihukum Mati karena Kejahatan Selingkuhannya

Kompas.com - 11/01/2023, 15:35 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

"Dan lihat apa yang dia lakukan. Satu pria baik tidak cukup untuknya.

"Masyarakat mengagumi Freddy dan sangat tidak menyukai Edith, seorang perempuan yang merayu seorang pria muda dan dengan demikian memicu reaksi berantai yang mengakibatkan kematian satu orang dan hukuman mati bagi seorang 'pemuda'," kata Profesor Weis.

Baca juga: Kisah Manusia Laba-laba di Dunia Nyata, Pernah Ngotot Panjat Burj Khalifa Tanpa Pengaman

"Perempuan itu tidak bersalah"

Kebencian publik terhadap Edith jelas tercermin pada hakim, Justice Shearman, yang berulang kali menyela jaksa penuntut.

Saat memberikan kesimpulannya, ia mengatakan kepada para panelis juri--yang hanya ia sebut sebagai hadirin pria meski ada dua perempuan di antara mereka--mengenai perzinaan Edith: "Saya yakin kalian, seperti orang waras manapun, akan dipenuhi dengan rasa jijik soal itu."

Bukti yang memberatkan Edith sangat lemah. Tubuh Percy diperiksa untuk mencari racun dan serpihan kaca tetapi tidak ditemukan. Laporan saksi dari malam pembunuhan mendukung penyataan Edith bahwa dia terkejut.

Terlepas dari permintaan pengacaranya, Edith berdiri di podium untuk memberikan bukti. "Itu menurut saya merupakan tanda tak bersalah, ia sangat bersikeras sampai ingin melakukan itu," kata Laura Thompson.

Tapi Edith melakukan kesalahan besar. Penuntut memanipulasi apa yang Edith tulis dalam surat, membentuk narasi palsu, dan menciptakan periode waktu yang menyesatkan "untuk menjebaknya".

Juri keluar dengan kesimpulan pada 11 Desember. Setelah mempertimbangkan selama dua jam, Edith yang ketakutan harus setengah digendong masuk kembali ke pengadilan untuk diberitahu bahwa dia dan Freddy dinyatakan bersalah atas pembunuhan.

"Juri salah. Perempuan itu tidak bersalah," teriak Freddy di tengah keributan di ruang sidang. Sebuah topi hitam dikenakan di atas wig hakim Justice Shearman saat dia menjatuhkan hukuman mati kepada pasangan itu.

Edith menjerit parau saat dia dibawa ke sel penjara.

"Dia tidak pernah memiliki kesempatan"

Edith terakhir bertemu orangtuanya sehari sebelum ia dihukum mati.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Edith terakhir bertemu orangtuanya sehari sebelum ia dihukum mati.
Sebuah petisi yang meminta agar Freddy tidak dihukum mati ditandatangani lebih dari sejuta orang. Namun, Edith tidak menerima simpati semacam itu.

"Para perempuan membencinya karena mereka takut akan dia; para perempuan mengira dia merupakan seorang wanita yang disukai para pria; dia dituduh membawa masalah dan tidak pantas dikasihani," kata Laura Thompson.

"Dia tidak pernah memiliki kesempatan."

Beberapa artikel opini muncul di koran, sebagian besar dari mereka berisi kata-kata pedas. "Tidak ada keadaan dalam kasus ini yang bisa membangkitkan simpati sekecil apapun," tulis The Times. "Seluruh kasus ini sederhana dan kotor."

Rebecca West, seseorang yang mengaku dirinya feminis, bahkan menulis bahwa Edith "adalah, anak malang, sampah kecil yang mengejutkan".

Setelah Edith dihukum mati, para perempuan menulis surat-surat kepada Menteri Dalam Negeri William Bridgeman. Mereka berterima kasih padanya karena telah membela kehormatan kaum perempuan dengan tidak membiarkan hukuman mati itu diringankan.

Barang-barang keluarga Thompson dilelang ke khalayak umum, pada 4 Oktober 1922.RENE WEIS via BBC INDONESIA Barang-barang keluarga Thompson dilelang ke khalayak umum, pada 4 Oktober 1922.
Edith menulis surat dari penjara, menyoroti penderitaan seorang perempuan yang menghadapi pemusnahan. Dalam suatu catatan kepada orang tuanya dia berkomentar:

Hari ini terasa seperti akhir dari segalanya. Saya tidak bisa berpikir--saya hanya menghadap dinding yang kosong dan tebal, yang tidak dapat ditembus oleh mata maupun pikiran saya.

Bukan dalam kekuatan ataupun kesadaran saya bahwa hukuman ini harus mewakili sesuatu yang tidak saya lakukan, sesuatu yang tidak saya ketahui, baik sebelumnya atau pada saat itu.

Setiap perempuan yang dijatuhi hukuman mati selama dekade sebelumnya telah dibebaskan, namun permohonan atas nama Edith ditolak.

"Saat Anda melihat perubahan-perubahan yang dibuat oleh Kementerian Dalam Negeri untuk memastikan dia dieksekusi, itu benar-benar sangat menakutkan," kata Laura Thompson, yang percaya perzinaan Edith dipandang sebagai "serangan terhadap moralitas", yakni jenis perilaku yang dianggap berisiko "menghancurkan institusi pernikahan dan menghancurkan segala yang baik".

"Kini setidaknya Edith bersama mereka"

Jenazah Edith akhirnya dipindahkan untuk dikubur bersama ayah dan ibunya di Pemakaman Kota London.BBC INDONESIA Jenazah Edith akhirnya dipindahkan untuk dikubur bersama ayah dan ibunya di Pemakaman Kota London.
Lelang barang-barang keluarga Thompson digelar pada September 1923, dengan keriuhan. Banyak orang datang ke pekarangan dan jalanan depan rumah untuk membeli barang-barang milik Edith.

Salah satu petugas lelang mengatakan, "Daun di semak-semak dipetik habis karena orang-orang yang datang ingin bilang ke teman-teman mereka bahwa mereka memiliki sesuatu dari rumah itu."

Patung lilin Edith dan Freddy menjadi atraksi utama di Madam Tussauds, membuktikan bahwa daya tarik kasus ini tampaknya tidak ada habisnya.

Patung tersebut akhirnya diturunkan dari Chamber of Horrors pada 1980-an. Patung-patung mereka sekarang tersimpan di arsip, lilinnya rusak dan catnya terkelupas.

Profesor Weis bertahun-tahun telah berupaya agar Edith diampuni. Pada 2018, tubuhnya dimakamkan kembali bersama orangtuanya di Pemakaman Kota London di Manor Park.

"Saya berharap dapat memenuhi keinginan ibunya yang sekarat," katanya. "Sekarang setidaknya dia sudah bersama mereka."

Bagi Laura Thompson, nasib Edith tetap relevan, meski sudah lebih dari 50 tahun sejak hukuman mati berakhir di Inggris.

"Penting untuk mengingatkan orang bahwa tidak ada yang berubah, prasangka selalu ada; itu hanya berubah bentuk.

"Ada peringatan mengerikan dalam cerita ini: periksa dorongan terburuk Anda terhadap orang-orang yang Anda taruh pada prasangka.

"Kita hidup dalam budaya pembatalan (cancel culture), dia benar-benar dibatalkan, dan itu adalah dorongan yang sangat, sangat berbahaya tetapi masyarakat merasa sulit untuk menolaknya."

Baca juga: Punya 12 Istri, 102 Anak, dan 568 cucu, Petani Ini Putuskan Berhenti Poligami karena Tekanan Biaya Hidup

Artikel diedit oleh Ben Jeffrey

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com