BRASILIA, KOMPAS.com - Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, bertekad menghukum ribuan pendukung mantan pemimpin negara itu, Jair Bolsonaro, setelah mereka menyerbu gedung Kongres, Mahkamah Agung, dan Istana Kepresidenan.
Kepolisian Brasil telah mengambil alih kendali atas gedung-gedung utama di ibu kota Brasilia itu setelah bentrokan berjam-jam pada Minggu (8/1/2023).
Menteri Kehakiman, Flavio Dino, mengatakan kepada media lokal bahwa sekitar 200 orang telah ditangkap.
Baca juga: Brasil Rusuh, Pendukung Bolsonaro Serang Kongres, Mahkamah Agung, dan Istana Kepresidenan
Rentetan kejadian dramatis--yang menampilkan ribuan pengunjuk rasa menyerbu jantung pemerintahan Brasil sembari mengenakan kaos sepak bola khas kuning-biru--terjadi hanya sepekan setelah pelantikan Lula.
Lula mengatakan "tidak ada preseden dalam sejarah negara kita" perihal penyerbuan di Brasilia. Dia menyebut aksi kekerasan sebagai "tindakan pengacau dan fasis".
Lula juga membidik pasukan keamanan yang dia tuduh "tidak kompeten, itikad buruk atau jahat" dalam kegagalan menghentikan serbuan para demonstran ke gedung Kongres, Mahkamah Agung, dan Istana Kepresidenan.
"Anda akan melihat dalam foto-foto bahwa mereka (petugas polisi) sedang memandu orang-orang dalam perjalanan ke Praca dos Tres Powers," katanya.
"Kami akan mencaritahu siapa pemodal para pengacau yang pergi ke Brasilia ini dan mereka semua akan membayar dengan kekuatan hukum."
Video yang dibagikan media Brasil, O Globo, menunjukkan beberapa petugas keamanan tertawa dan berfoto bersama dengan para demonstran saat mereka menduduki gedung Kongres.
Para demonstran dengan cepat membela tindakan mereka ketika didekati oleh wartawan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.