Putin juga memperingatkan Barat bahwa pengumuman tersebut bukanlah gertakan dan Rusia akan menggunakan semua cara yang ada untuk melindungi wilayahnya.
Dia menuding Barat terlibat "ancaman nuklir" dan menggarisbawahi pernyataan sejumlah pejabat terkemuka NATO tentang kemungkinan penggunaan senjata nuklir pemusnah massal terhadap Rusia.
Pengumuman ini merupakan mobilisasi pertama Rusia sejak Perang Dunia (PD) II pecah.
Sehari sebelumnya, empat wilayah di Ukraina yang dikontrol Moskwa mengumumkan akan menggelar referendum untuk bergabung dengan Rusia di Luhansk, Kherson, sebagian wilayah Zaporizhzhia, dan Donetsk yang dikuasai Rusia.
Baca juga: Kisah Para Istri Desertir Rusia, yang Ditinggal Lari dari Mobilisasi Parsial
Demo Iran menyebar ke belasan kota di Iran setelah kematian Mahsa Amini, perempuan muda yang ditangkap polisi karena disebut memakai jilbab secara tidak pantas.
Kemarahan publik berkobar sejak pihak berwenang pada Jumat (16/9/2022) mengumumkan kematian Mahsa Amini (22).
Dia ditangkap polisi moral yang bertanggung jawab menegakkan aturan ketat berpakaian bagi perempuan. Amini mengalami koma setelah ditahan karena mengenakan jilbab dengan cara yang tidak pantas, lapor media pemerintah dikutip dari kantor berita AFP.
Dalam unjuk rasa yang pecah setelah kematiannya, banyak wanita Iran melepaskan jilbab mereka sebagai protes.
Para pendemo memblokade jalan-jalan, melemparkan batu ke aparat keamanan, membakar kendaraan polisi serta tempat sampah, dan meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah.
Demonstrasi yang terus berlangsung mendapat tanggapan keras dari aparat, yang menggunakan gas air mata serta melakukan penangkapan untuk membubarkan kerumunan yang mencapai ribuan orang.
Kematian Mahsa Amini dan tanggapan Iran terhadap demo ini memicu kecaman dari PBB, Amerika Serikat, Perancis, dan negara-negara lain.
Baca juga: Protes Iran: 100 Orang Demonstran yang Ditahan Telah Dijatuhi Hukuman Mati
Jagad media sosial dihebohkan oleh rumor liar tak berdasar mengenai Presiden China Xi Jinping ada di tahanan rumah dan kudeta militer, Sabtu (24/9/2022).
Rumor tersebut mencatut nama Li Qiaoming, seorang jenderal Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA).
Sebagian besar pakar China menyatakan bahwa tidak ada tanda-tanda kudeta di China di tengah rumor liar yang beredar di media sosial.
Dilansir Outlook India, seorang pakar China Aadil Brar mencatat bahwa Xi kemungkinan menjalani karantina setelah kembali dari KTT Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO).
Melalui Twitter, Senin (26/9/2022), Brar menggarisbawahi bahwa rumor kudeta militer terhadap Xi tidak benar. Dia juga mencatat bahwa desas-desus mengenai kudeta militer terhadap Xi berasal dari media luar China.
Sementara itu, jurnalis CNN Zakka Jacob menyoroti bahwa Xi memiliki kekuasaan institusional yang kuat atas China yang membuat kudeta tidak mungkin terjadi. Menurutnya, jika kudeta benar-benar terjadi, kemungkinan akan berasal dari partai, bukan militer.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.