Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KALEIDOSKOP INTERNASIONAL SEPTEMBER 2022: Ratu Elizabeth II Wafat | Putin Umumkan Mobilisasi Parsial Rusia

Kompas.com - 30/12/2022, 13:00 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Sejumlah peristiwa besar di mancanegara terjadi pada September 2022, mulai dari wafatnya seorang tokoh dunia hingga adanya perkembangan luar biasa dalam perang di Ukraina.

Pada bulan ini, Ratu Elizabeth II wafat setelah lebih dari 70 tahun memerintah monarki Inggris.

Kepergiannya memicu perubahan drastis dalam keluarga kerajaan Inggris, dengan naiknya Pangeran Charles sebagai raja baru dengan gelar Raja Charles III.

Sementara itu di sisi lain Eropa, perang Ukraina memasuki babak baru setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan mobilisasi parsial yang pertama sejak pecahnya Perang Dunia II.

Selengkapnya terkait peristiwa global utama pada bulan kesembilan tahun ini terangkum dalam Kaleidoskop Internasional September 2022 berikut ini:

Baca juga: KALEIDOSKOP INTERNASIONAL AGUSTUS 2022: FBI Gerebek Rumah Trump | Najib Razak Dipenjara

Ratu Elizabeth II Wafat, Pangeran Charles Naik Takhta Jadi Raja Charles III

Prosesi pemakaman Ratu Elizabeth II. Raja Inggris Charles III, Pangeran William dari Inggris, Putri Anne dari Inggris, memberi hormat bersama Pangeran Andrew dari Inggris, ketika peti mati Ratu Elizabeth II yang dihiasi simbol Royal Standard dan Mahkota Negara Kerajaan dibawa ke Istana Westminster mengikuti prosesi dari Istana Buckingham, London, Rabu (14/9/2022).AP PHOTO/BEN STANSALL Prosesi pemakaman Ratu Elizabeth II. Raja Inggris Charles III, Pangeran William dari Inggris, Putri Anne dari Inggris, memberi hormat bersama Pangeran Andrew dari Inggris, ketika peti mati Ratu Elizabeth II yang dihiasi simbol Royal Standard dan Mahkota Negara Kerajaan dibawa ke Istana Westminster mengikuti prosesi dari Istana Buckingham, London, Rabu (14/9/2022).
Ratu Elizabeth II wafat di Kastil Balmoral, Skotlandia, dalam usia 96 tahun pada Kamis (8/9/2022).

Sebagai penerus takhta Kerajaan Inggris, Charles secara langsung mengambil alih sebagai raja baru dengan mengambil gelar Raja Charles III.

Mengenang ibunya, dia mengatakan bahwa Ratu Elizabeth II adalah penguasa yang disayangi serta ibu yang sangat dicintai dan akan dirindukan di seluruh dunia.

Sesaat sebelum sang kepala Kerajaan Inggris meninggal, semua anak Ratu Elizabeth II berkumpul di Kastil Balmoral, Skotlandia, tempat sang ratu diawasi oleh para dokter.

Tim dokter sebelumnya menyatakan kekhawatiran akan kesehatan Ratu Inggris dan menyatakan bahwa pemimpin monarki terlama itu harus tetap berada di bawah pengawasan medis.

Para anggota keluarga Kerajaan Inggris lalu bergegas untuk berada di sisi Ratu Elizabeth II di Kastil Balmoral yang berlokasi di Aberdeenshire.

Semua anak Ratu Elizabeth II yang hadir termasuk Pangeran Charles, Putri Anne, Pangeran Andrew, Pangeran William, dan Pangeran Edward. Pangeran Harry dan istrinya, Meghan Markle, juga menuju Kastil Balmoral untuk berada di sisi Ratu Elizabeth II sebelum meninggal.

Baca juga: [KABAR DUNIA SEPEKAN] Ratu Elizabeth Wafat | Charles Jadi Raja Inggris

Charles III Diambil Sumpah Resmi Jadi Raja Inggis

Raja Charles III memakai Patek Philippe Calatrava Raja Charles III memakai Patek Philippe Calatrava

Pangeran Charles resmi diproklamirkan sebagai Raja Inggris yang baru, bergelar Charles III, Sabtu (10/9/2022) dalam sebuah upacara di Istana St James, London, Inggris.

Takhta Kerajaan Inggris langsung diserahkan kepada ahli waris urutan pertama, Charles ketika Ratu Elizabeth II meninggal, Kamis (8/9/2022).

Namun Dewan Aksesi, sebuah badan yang terdiri dari politisi senior, hakim dan pejabat, masih harus memproklamirkan Raja Charles III sebagai Raja Inggris melalui upacara resmi.

Ini adalah untuk kali pertama upacara bersejarah pengambilan sumpah resmi Raja Inggris disiarkan di televisi.

Dalam kesempatan itu, Charles III bersumpah mengikuti langkah ibundanya yang telah memberikan contoh cinta dan pengabdian seumur hidup tanpa pamrih.

Dia berjanji mendedikasikan sisa hidupnya untuk peran barunya sebagai Raja Inggris, menegakkan pemerintahan konstitusional dan untuk mencari perdamaian, harmoni dan kemakmuran.

Baca juga: Daftar Warisan Ratu Elizabeth II untuk Raja Charles III: Berlian, Tanah, sampai Angsa

Eropa Hadapi Krisis Energi setelah Rusia Umumkan Penutupan Pipa Gas Utamanya ke Jerman.

Meski Jerman telah menghentikan pembangunan pipa gas Nord Stream 2 dari Rusia, namun negara-negara Eropa masih membeli minyak dan gas dari Rusia setelah invasi ke Ukraina.AP via VOA INDONESIA Meski Jerman telah menghentikan pembangunan pipa gas Nord Stream 2 dari Rusia, namun negara-negara Eropa masih membeli minyak dan gas dari Rusia setelah invasi ke Ukraina.

Kekhawatiran akan krisis energi di Eropa meningkat selama musim dingin setelah Rusia mengumumkan akan menutup pipa gas utamanya ke Jerman.

Rusia menghentikan aliran gas melalui pipa Nord Stream 1 dan telah memotong atau menutup pasokan di tiga pipa gas terbesar ke barat sejak invasi ke Ukraina dimulai pada 24 Februari.

Pasokan minyak juga telah dialihkan Rusia ke timur.

Presiden Turkiye Tayyip Erdogan mengatakan pada Selasa (6/9/2022) bahwa Rusia memotong aliran gas alam ke Eropa sebagai pembalasan atas sanksi perang di Ukraina.

Dia menambahkan bahwa Eropa sedang "menuai apa yang ditabur". Menurutnya sanksi dari Barat atas invasi Rusia ke Ukraina mendorong Putin untuk membalas menggunakan pasokan energi.

Rusia menyalahkan gangguan pemeliharaan peralatan yang disebabkan oleh sanksi Barat atas penghentian aliran gas melalui pipa Nord Stream 1.

Sementara, negara-negara Eropa menyebut itu omong kosong, menuduh Rusia mempersenjatai pasokan energi sebagai pembalasan atas sanksi Barat yang dijatuhkan pada Moskwa atas invasinya ke Ukraina.

Baca juga: Dilanda Krisis Energi, Uni Eropa Desak Negara Anggota Beri Bantuan ke Warga

Perang di Ukraina Makin Jadi, Putin Umumkan Mobilisasi Parsial Rusia, Pertama Sejak PD II

Presiden Rusia Vladimir Putin, tengah, diapit oleh Kepala Staf Umum, Jenderal Valery Gerasimov, kanan, dan Menteri Pertahanan Sergei Shogu, kiri, menghadiri latihan militer Vostok 2022 (Timur 2022) di timur jauh Rusia, di luar Vladivostok, pada Selasa (6/9/2022)
.AP PHOTO/MIKHAIL KLIMNTYEV Presiden Rusia Vladimir Putin, tengah, diapit oleh Kepala Staf Umum, Jenderal Valery Gerasimov, kanan, dan Menteri Pertahanan Sergei Shogu, kiri, menghadiri latihan militer Vostok 2022 (Timur 2022) di timur jauh Rusia, di luar Vladivostok, pada Selasa (6/9/2022) .

Presiden Rusia Vladimir Putin pada Rabu (21/9/2022) mengumumkan mobilisasi parsial di Rusia saat perang di Ukraina mendekati bulan ketujuh.

Mobilisasi parsial diumumkan Putin dalam pidatonya yang disiarkan televisi, setelah Rusia kehilangan sejumlah wilayah yang dikontrolnya di Ukraina akibat serangan balik.

Putin juga memperingatkan Barat bahwa pengumuman tersebut bukanlah gertakan dan Rusia akan menggunakan semua cara yang ada untuk melindungi wilayahnya.

Dia menuding Barat terlibat "ancaman nuklir" dan menggarisbawahi pernyataan sejumlah pejabat terkemuka NATO tentang kemungkinan penggunaan senjata nuklir pemusnah massal terhadap Rusia.

Pengumuman ini merupakan mobilisasi pertama Rusia sejak Perang Dunia (PD) II pecah.

Sehari sebelumnya, empat wilayah di Ukraina yang dikontrol Moskwa mengumumkan akan menggelar referendum untuk bergabung dengan Rusia di Luhansk, Kherson, sebagian wilayah Zaporizhzhia, dan Donetsk yang dikuasai Rusia.

Baca juga: Kisah Para Istri Desertir Rusia, yang Ditinggal Lari dari Mobilisasi Parsial

Demo Iran Pecah di 15 Kota Usai Kematian Mahsa Amini, Wanita yang Ditahan Polisi karena Jilbab

Dalam foto yang diambil oleh seorang individu yang tidak dipekerjakan oleh Associated Press dan diperoleh oleh AP di luar Iran, warga Iran memprotes kematian Mahsa Amini yang berusia 22 tahun setelah dia ditahan oleh polisi moralitas, di Teheran, 1 Oktober , 2022.via AP PHOTO Dalam foto yang diambil oleh seorang individu yang tidak dipekerjakan oleh Associated Press dan diperoleh oleh AP di luar Iran, warga Iran memprotes kematian Mahsa Amini yang berusia 22 tahun setelah dia ditahan oleh polisi moralitas, di Teheran, 1 Oktober , 2022.

Demo Iran menyebar ke belasan kota di Iran setelah kematian Mahsa Amini, perempuan muda yang ditangkap polisi karena disebut memakai jilbab secara tidak pantas.

Kemarahan publik berkobar sejak pihak berwenang pada Jumat (16/9/2022) mengumumkan kematian Mahsa Amini (22).

Dia ditangkap polisi moral yang bertanggung jawab menegakkan aturan ketat berpakaian bagi perempuan. Amini mengalami koma setelah ditahan karena mengenakan jilbab dengan cara yang tidak pantas, lapor media pemerintah dikutip dari kantor berita AFP.

Dalam unjuk rasa yang pecah setelah kematiannya, banyak wanita Iran melepaskan jilbab mereka sebagai protes.

Para pendemo memblokade jalan-jalan, melemparkan batu ke aparat keamanan, membakar kendaraan polisi serta tempat sampah, dan meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah.

Demonstrasi yang terus berlangsung mendapat tanggapan keras dari aparat, yang menggunakan gas air mata serta melakukan penangkapan untuk membubarkan kerumunan yang mencapai ribuan orang.

Kematian Mahsa Amini dan tanggapan Iran terhadap demo ini memicu kecaman dari PBB, Amerika Serikat, Perancis, dan negara-negara lain.

Baca juga: Protes Iran: 100 Orang Demonstran yang Ditahan Telah Dijatuhi Hukuman Mati

Soal Rumor Liar Kudeta Militer terhadap Xi Jinping, Ini Tanggapan Pakar China

Presiden China Xi Jinping saat menghadiri upacara penghargaan atlet Olimpiade dan Paralimpiade Musim Dingin Beijing di Aula Besar Rakyat pada 8 April 2022, di Beijing.AP PHOTO/NG HAN GUAN Presiden China Xi Jinping saat menghadiri upacara penghargaan atlet Olimpiade dan Paralimpiade Musim Dingin Beijing di Aula Besar Rakyat pada 8 April 2022, di Beijing.

Jagad media sosial dihebohkan oleh rumor liar tak berdasar mengenai Presiden China Xi Jinping ada di tahanan rumah dan kudeta militer, Sabtu (24/9/2022).

Rumor tersebut mencatut nama Li Qiaoming, seorang jenderal Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA).

Sebagian besar pakar China menyatakan bahwa tidak ada tanda-tanda kudeta di China di tengah rumor liar yang beredar di media sosial.

Dilansir Outlook India, seorang pakar China Aadil Brar mencatat bahwa Xi kemungkinan menjalani karantina setelah kembali dari KTT Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO).

Melalui Twitter, Senin (26/9/2022), Brar menggarisbawahi bahwa rumor kudeta militer terhadap Xi tidak benar. Dia juga mencatat bahwa desas-desus mengenai kudeta militer terhadap Xi berasal dari media luar China.

Sementara itu, jurnalis CNN Zakka Jacob menyoroti bahwa Xi memiliki kekuasaan institusional yang kuat atas China yang membuat kudeta tidak mungkin terjadi. Menurutnya, jika kudeta benar-benar terjadi, kemungkinan akan berasal dari partai, bukan militer.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber Kompas.com

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com