BRUSSELS, KOMPAS.com – Negara-negara Uni Eropa seharusnya bersama-sama membeli alat utama sistem pertahanan (alutsista) untuk mengisi kembali persenjataan setelah memasok Ukraina.
Hal tersebut disampaikan Kepala Eksekutif Badan Pertahanan Eropa Jiri Sedivy, sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (16/12/2022).
Dia menuturkan, pembelian alutsista secara bersama-sama harus dilakukan karena AS mungkin tidak selalu dapat melindungi Eropa dari ancaman.
Baca juga: KTT Pertama Uni Eropa-ASEAN dan Poin Penting yang Disepakati
“Perang agresi Rusia melawan Ukraina menunjukkan kekurangan kemampuan kami,” kata Sedivy kepada Reuters.
Dia menambahkan, Badan Pertahanan Eropa sedang dalam pembicaraan dengan sejumlah perusahaan senjata Eropa tentang meningkatkan produksi.
“Yang penting adalah kita mampu, Uni Eropa, menjadi penyedia keamanan yang kredibel dalam melindungi warga negara,” ucap Sedivy.
Dia juga mendesak negara-negara Uni Eropa untuk memperhatikan seruan AS untuk berinvestasi dalam pertahanan.
Baca juga: Qatar Diduga Menyuap Pejabat Parlemen Eropa, Empat Tersangka Dituntut ke Pengadilan
“AS pasti akan terlibat di Asia Pasifik dan tidak dapat menyediakan beberapa pendukung penting seperti angkutan udara strategis, pesawat pengintai, rudal berpemandu presisi, dan pertahanan udara,” ujar Sedivy.
Dia juga menggarisbawahi ancaman terorisme dan negara-negara gagal di Timur Tengah atau Afrika Utara.
Eropa memiliki pendekatan pertahanan yang berbeda. Sebagian besar negara di “Benua Biru” mempersenjatai militer mereka sendiri-sendiri, tambal sulam alutsista, dan peralatan yang tidak kompatibel.
Perang yang berkecamuk di Ukraina membuat Eropa mau tak mau berhadapan dengan tantangan terbesarnya dalam beberapa dekade terakhir.
Baca juga: Uni Eropa dan Komnas HAM Ajak Anak Muda Indonesia Jadi Generasi Penerus Pembela HAM
Puluhan ribu jiwa terbunuh, jutaan orang mengungsi, dan kota-kota menjadi puing-puing sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari.
Belanja pertahanan Eropa mencapai 200 miliar euro untuk pertama kalinya pada 2021, naik 6 persen dari tahun sebelumnya.
Belanja itu merupakan pengeluaran terbanyak sejak kawasan itu mulai meningkatkan belanja militer pada 2015 setelah Rusia mencaplok Crimea.
Menurut laporan Parlemen Eropa tahun 2020, tanpa bantuan AS, Uni Eropa akan kesulitan untuk mempertahankan diri.
Pasalnya, Uni Eropa kekurangan intelijen, pesawat pengintai, pertahanan rudal jarak menengah, kapal amfibi, dan kapal selam.
Baca juga: Maskapai Uni Eropa Harus Bayar Izin Lebih Mahal jika Pakai Bahan Bakar Fosil
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.