Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Korea Selatan Atasi Sampah Plastik, Produsen dan Konsumen Punya Kewajiban Ini

Kompas.com - 08/12/2022, 14:30 WIB
Dita Angga Rusiana ,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.comSampah menjadi salah satu persoalan setiap negara, termasuk Indonesia dan Korea Selatan. Jika tidak ditangani dengan baik maka akan menimbulkan polusi sampah.

Director of Daejeon Green Environment Center Prof. Yong-Chul Jang mengatakan, Asia memiliki area polusi sampah yang sangat tinggi di dunia.

“Mengapa terjadi pencemaran plastik? Karena ekonomi kita sangat bergantung pada ekonomi yang linier dengan plastik. Yang berarti produksi massal, konsumsi massal, dan pembuangan massal,” kata dia dalam Workshop Keempat Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2, yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bersama Korea Foundation, beberapa waktu lalu.

Baca juga: Kondisi Kali Ciliwung Saat Ini, Banyak Sampah Rumah Tangga hingga Karung di Aliran Sungai

Yong mengatakan banyak negara yang masih berjuang untuk mengatasi persoalan sampah plastik.

“Di dunia, 80 persen plastik masuk ke tempat pembuangan akhir. Namun hanya 9 persen yang didaur ulang,” ungkapnya.

Meski begitu, beberapa negara sudah mulai melakukan daur ulang sampah plastik dan dijadikan sebagai bahan bakar tambahan. 

“Banyak negara yang menggunakan sampah plastik ini sebagai bahan bakar tambahan energi,” ujar dia.

Yong mengatakan ada kendala yang dihadapi sejumlah negara dalam pengelolaan sampah plastik.

“Ini karena tingkat pengumpulan sampah yang rendah dan kurangnya kesadaran. Jadi ada beberapa penghalang dalam pengelolaan sampah, terutama di negara-negara Asia,” ungkapnya.

Baca juga: Upaya Mengumpulkan Sampah Luar Angkasa, Ciptakan Robot untuk Menyapu

Mengatasi sampah dengan sistem EPR

Yong mengatakan sistem Extended Producer Responsibility (EPR) menjadi salah satu solusi utama memerangi limbah plastik. Sistem EPR ini diadopsi banyak negara maju sejak akhir tahun 1990an.

“Sistem ini adalah memperluas tanggung jawab produsen. Itu berarti produsen harus lebih bertanggung jawab atas produk mereka. Tidak hanya menjual tapi harus mengumpulkan sampah plastik dan mendaur ulang. Itulah konsep dan definisi EPR,” terang dia.

Yong mengatakan ada beberapa jenis sampah yang menjadi target EPR. Namun yang paling utama adalah sampah plastik.

“Kemasan plastik, elektronik, ban kendaraan, dan baterai, itu adalah target EPR yang umum. Tapi plastik adalah salah satu item utama dalam target EPR," katanya. 

Saat ini banyak negara yang tertarik untuk menerapkan sistem pengelolaan sampah ini. Menurutnya melalui EPR, pengumpulan hingga proses daur ulang sampah plastik dapat dilakukan dengan benar.

“Bahkan negara berpendapatan menengah dan rendah tertarik dengan kebijakan EPR ini,” kata dia.

Halaman:

Terkini Lainnya

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com