Ada jeda beberapa minggu antara ledakan besar yang menargetkan warga sipil di Afghanistan, meskipun beberapa anggota Taliban tewas dalam serangan yang terisolasi.
Pada September, setidaknya 54 orang - termasuk 51 anak perempuan dan perempuan muda - tewas akibat bom bunuh diri di sebuah aula di Kabul yang dipenuhi ratusan siswanya sedang mengikuti tes praktik untuk penerimaan universitas.
Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas pengeboman itu, tetapi Taliban kemudian menyalahkan ISIS dan mengatakan telah membunuh beberapa pemimpin kelompok itu sebagai balasan.
Baca juga: Krisis Ekonomi Afghanistan Buat Penduduk Terpaksa Menjual Anak
Pada Mei tahun lalu, sebelum Taliban kembali berkuasa, setidaknya 85 orang tewas dan sekitar 300 lainnya terluka ketika tiga bom meledak di dekat sekolah mereka di lingkungan itu.
Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab, tetapi setahun sebelumnya ISIS mengklaim serangan bunuh diri di sebuah pusat pendidikan di daerah tersebut yang menewaskan 24 orang.
Kembalinya Taliban berkuasa mengakhiri pemberontakan mereka, tetapi ISIS terus melakukan serangan di seluruh negeri.
Gerakan Taliban - yang sebagian besar terdiri dari etnis Pashtun, telah berjanji untuk melindungi minoritas dan menekan ancaman keamanan.
Amnesty International menyebut ledakan itu "mengkhawatirkan", menambahkan dalam sebuah kicauan bahwa itu adalah "pengingat lain bagi dunia bahwa penderitaan rakyat Afghanistan masih jauh dari selesai."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.