WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) mengatakan akan mentransfer 3,5 miliar dollar AS (Rp 52 Triliun) aset bank sentral Afghanistan ke dalam dana perwalian baru yang berbasis di Swiss, agar digunakan “untuk kepentingan rakyat Afghanistan.”
Uang itu hanya sebagian dari cadangan yang disita setelah Taliban mengambil alih kekuasaan pada Agustus tahun lalu.
Dana Afghanistan baru, yang dikelola oleh dewan pengawas internasional dan terlindung dari Taliban, dapat membayar impor penting seperti listrik, menutupi pembayaran utang kepada lembaga keuangan internasional dan mendanai pencetakan mata uang baru.
“Dana Afghanistan akan melindungi, melestarikan dan membuat pencairan yang ditargetkan sebesar 3,5 miliar dollar AS untuk membantu memberikan stabilitas yang lebih besar bagi ekonomi Afghanistan,” kata Departemen Keuangan AS dalam sebuah pernyataan pada Rabu (14/9/2022), menurut kantor berita Reuters.
Baca juga: Aktivis Perempuan Afghanistan: Hanya Tuhan yang Tahu Kekejaman Taliban yang Tak Dilaporkan
Pembentukan dana perwalian baru dilakukan setelah berbulan-bulan pembicaraan antara pemerintahan Presiden AS Joe Biden, Swiss, pihak lain dan Taliban, yang menuntut pengembalian miliaran dolar aset bank sentral Afghanistan yang disimpan di AS dan di tempat lain.
Dana ini akan melindungi dan melestarikan cadangan bank sentral Afghanistan sambil membuat pencairan yang ditargetkan untuk membantu menstabilkan ekonomi Afghanistan.
“Pada akhirnya (dana itu) akan mendukung rakyatnya dan bekerja untuk meringankan dampak terburuk dari krisis kemanusiaan,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price kepada wartawan, Rabu (19/9/2022) sebagaimana dilansir Al Jazeera.
Price mengatakan uang itu akan ditransfer "sesegera mungkin" tanpa memberikan tanggal yang pasti.
Tidak ada komentar langsung dari Taliban atas langkah AS ini.
Baca juga: Keluarga Korban Serangan 9/11 Tolak Uang dari Aset Beku Bank Afghanistan: Itu Uang Rakyatnya
Pada Juni, sumber pemerintah Taliban, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan kepada Reuters bahwa meskipun kelompok itu tidak menolak konsep dana perwalian, mereka menentang kontrol pihak ketiga atas dana tersebut.
Hal tersebut menurut mereka akan menahan dan mempersulit pencairan cadangan yang dikembalikan.
Para pejabat AS mengatakan tidak ada uang yang akan masuk ke bank sentral Afghanistan, yang dikenal sebagai DAB sampai "bebas dari campur tangan politik".
“Sampai kondisi ini terpenuhi, mengirim aset ke DAB akan menempatkan mereka pada risiko yang tidak dapat diterima dan membahayakan sumber dukungan bagi rakyat Afghanistan,” kata Wakil Menteri Keuangan AS Wally Ademeyo dalam sebuah surat kepada Dewan Tertinggi bank sentral yang dilihat oleh Reuters.
Dana baru disimpan di Bank for International Settlements (BIS), yang menyediakan layanan keuangan kepada bank sentral.
Baca juga: Helikopter Black Hawk Jatuh di Afghanistan, 3 Tewas
Dalam sebuah pernyataan pada Rabu (14/9/2022), BIS mengatakan sedang "membangun hubungan pelanggan" dengan dana baru.