Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Elon Musk, Twitter, dan Kebebasan Berbicara yang Bisa Menjadi Bahaya

Kompas.com - 06/11/2022, 19:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber The Hill

LOS ANGELES, KOMPAS.com - Pengusaha kontroversial Elon Musk bergabung dengan Twitter pada 2009 dan sekarang memiliki lebih dari 112 juta pengikut.

Akunnya mendapat pengikut terbanyak ketiga setelah mantan presiden Barack Obama dan penyanyi Kanada Justin Bieber.

Ternyata, dilansir dari The Hill, Musk yang baru saja membeli Twitter, telah lama memikirkan tentang pembelian platform sebelum kesepakatan 44 miliar dollar AS diselesaikan minggu lalu.

Baca juga: Komisaris HAM PBB Ingatkan Elon Musk Terkait Pemecatan Pegawai Twitter

Sebelumnya, Musk mengatakan tidak setuju dengan keputusan platform untuk melarang mantan presiden Donald Trump di Twitter karena menghasut kekerasan menjelang serangan 6 Januari 2021 di US Capitol.

“Saya berharap kritik terburuk saya tetap ada di Twitter, karena itulah arti kebebasan berbicara,” tweet Musk awal tahun ini.

Hal ini disampaikan sambil mengumumkan niatnya untuk membeli platform tersebut.

Sebagai CEO Tesla dan SpaceX, Musk menggunakan akun Twitter-nya untuk membuat pengumuman bisnis dan mempromosikan perusahaannya.

Dia tak hanya merenung tentang teknologi dan perdagangan, tetapi juga memposting lelucon tentang payudara wanita, juga pernah membandingkan perdana menteri Kanada dengan Hitler.

Baca juga: Twitter Digugat Usai Elon Musk PHK Massal Ribuan Pegawai

Dan, seperti yang bisa dilihat, Trump mampu membeli Twitter, dan bahkan memecat eksekutifnya.

"Bahayanya di sini adalah bahwa atas nama kebebasan berbicara, Musk akan memutar balik waktu dan membuat Twitter menjadi mesin kebencian, perpecahan, dan kesalahan informasi yang lebih kuat," kata Paul Barrett, peneliti disinformasi dan wakil direktur Pusat Bisnis dan Hak Asasi Manusia Universitas New York.

Hanya beberapa hari setelah membeli Twitter, Musk memposting tautan ke sebuah artikel teori konspirasi aneh tentang serangan terhadap suami Ketua AS Nancy Pelosi.

Artikel tersebut menunjukkan bahwa Paul Pelosi dan penyerangnya adalah sepasang kekasih, meskipun pihak berwenang mengatakan tersangka mengaku menargetkan Pelosi dan tidak mengenal suaminya.

Musk kemudian menghapus tweet tersebut tanpa penjelasan.

Baca juga: Biden Sebut Elon Musk Beli Platform Media Sosial yang Muntahkan Kebohongan

Musk telah lama menggunakan akun Twitter-nya untuk membalas kritik atau orang yang ditentangnya, seperti ketika dia menyerang seorang penyelam yang bekerja untuk menyelamatkan anak laki-laki yang terperangkap di sebuah gua di Thailand dengan menyebutnya "pedo", kependekan dari pedofil.

Penyelam itu sebelumnya mengejek proposal Musk untuk menggunakan kapal selam untuk menyelamatkan anak-anak itu.

Musk, yang memenangkan gugatan pencemaran nama baik yang diajukan oleh penyelam, kemudian mengatakan dia tidak pernah bermaksud menafsirkan "pedo" sebagai "pedofil."

Baca juga: Elon Musk PHK Massal Pegawai Twitter lewat E-mail

Tiga hari sebelum Elon Musk setuju untuk membeli Twitter, orang terkaya di dunia itu mencuit foto Bill Gates dan menggunakan istilah seksual yang kasar sambil membuat lelucon tentang perutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Hubungan Biden-Netanyahu Kembali Tegang, Bagaimana ke Depannya?

Hubungan Biden-Netanyahu Kembali Tegang, Bagaimana ke Depannya?

Global
Kampus-kampus di Spanyol Nyatakan Siap Putuskan Hubungan dengan Israel

Kampus-kampus di Spanyol Nyatakan Siap Putuskan Hubungan dengan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com