Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Protes di Tibet Menentang Lockdown Covid-19 China, Warga: Kami Hanya Ingin Pulang

Kompas.com - 29/10/2022, 19:15 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber BBC

Seorang warga Lhasa mengatakan kepada BBC bahwa dia tidak melihat protes karena dia masih dalam lockdown, tetapi dia mengaku melihat banyak video beredar di sejumlah grup berbagi pesan.

"Orang-orang dikurung di rumah setiap hari dan hidup sangat sulit. Harga di Lhasa sekarang sangat tinggi dan tuan tanah mengejar orang untuk membayar sewa," kata warga yang hanya ingin diidentifikasi dengan nama keluarganya, Han.

Lebih lanjut menurut dia, para pekerja juga tidak diizinkan kembali ke kampung halaman mereka. Mereka tidak punya jalan keluar lain selain melakukan protes.

"Orang-orang meminta solusi - apakah mereka bisa pergi."

Han, yang mengaku dia telah terkurung selama hampir 80 hari, menambahkan bahwa orang diizinkan berkeliaran di dalam kompleks selama beberapa jam sehari - tetapi tidak bisa lebih dari itu.

"Siapa yang tahu berapa jumlah sebenarnya (kasus Covid) sekarang? Setiap hari kita dapat mendengar bahwa orang membutuhkan oksigen. Pemerintah dapat melaporkan angka berapapun yang mereka inginkan."

Baca juga: Pujian dan Pembelaan Xi Jinping atas Strategi Nol Covid China Melawan Pandemi

BBC juga mencermati beberapa unggahan di Doujin, TikTok versi China, dari orang-orang yang mengatakan mereka terjebak di Lhasa sebagai akibat dari tindakan Covid-19 China.

"Hari ini adalah hari ke-77 penguncian di Lhasa. Saya tidak tahu berapa lama akan terus seperti ini. Saya (tidak dapat menemukan) harapan. Bisakah Anda mengerti ... betapa sulitnya bagi pekerja migran?" kata unggahan itu.

"Kami tidak mendapat pemasukan selama tiga bulan - tetapi pengeluaran tidak berkurang bahkan satu sen pun. Teman-temanku di Lhasa - berapa lama kamu bisa terus seperti ini?" kata unggahan lain.

Belum ada komentar resmi atau laporan media pemerintah tentang protes tersebut, meskipun pejabat setempat pada Kamis (27/10/2022) mengatakan delapan kasus Covid baru telah dilaporkan di Lhasa.

Di platform media sosial China, semua rekaman insiden itu telah dihapus, meskipun pemeriksaan di Doujin menemukan bahwa banyak yang mencari istilah yang terkait dengan protes, seperti "apa yang terjadi di Lhasa malam ini".

Lhasa telah dikunci sejak akhir Agustus. Kelompok hak asasi telah mengklaim bahwa beberapa orang Tibet telah bunuh diri sejak lockdown dimulai.

Baca juga: Pujian dan Pembelaan Xi Jinping atas Strategi Nol Covid China Melawan Pandemi

Strategi nol-Covid China telah menyelamatkan nyawa, tetapi juga menuntut korban jiwa dan ekonomi China, dengan meningkatnya kelelahan publik atas penguncian dan pembatasan perjalanan.

Protes pada Rabu (27/10/2022) dikatakan sebagai yang terbesar yang pernah terjadi di kota itu sejak pemberontakan 2008, yang menewaskan sedikitnya 19 orang.

Pasukan keamanan China dituduh menggunakan pemukulan brutal dan kekuatan mematikan terhadap pengunjuk rasa saat itu. Setelah insiden itu, Tibet ditutup untuk orang asing dan puluhan ribu tentara China dikirim ke wilayah tersebut.

Tibet diperintah sebagai daerah otonom China, dan Beijing mengatakan wilayah tersebut telah berkembang pesat di bawah kekuasaannya.

Tetapi kelompok hak asasi mengatakan China terus melanggar hak asasi manusia, menuduh Beijing melakukan represi politik dan agama. Beijing membantah melakukan pelanggaran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com