Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wabah ‘Black Death‘ Ternyata Timbulkan Warisan Genetik yang Pengaruhi Kesehatan Manusia Sampai Sekarang

Kompas.com - 29/10/2022, 15:29 WIB
BBC INDONESIA,
Bernadette Aderi Puspaningrum

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Wabah “Black Death” atau Maut Hitam meninggalkan jejak genetik luar biasa pada umat manusia, yang ternyata masih memengaruhi kesehatan kita selama hampir 700 tahun kemudian sejak itu terjadi.

Hampir 200 juta orang diperkirakan meninggal ketika Black Death melanda Eropa pada pertengahan 1300-an. Ini menjadi salah satu momen paling signifikan, mematikan dan paling suram dalam sejarah manusia.

Satu studi pelopor yang menganalisis DNA dari kerangka manusia yang berusia berabad-abad telah menemukan mutasi-mutasi yang membantu manusia bertahan dari wabah.

Baca juga: Wabah Ebola Makin Ganas, Uganda Lockdown 2 Distrik

Namun, mutasi-mutasi yang sama juga berkaitan dengan penyakit auto-imun yang diidap banyak orang saat ini.

Para peneliti menduga bahwa peristiwa sebesar Black Death pasti telah memengaruhi evolusi manusia.

Mutasi gen ERAP2

Mereka menganalisis DNA yang diambil dari 206 kerangka kuno dan mengidentifikasi apakah kematiannya terjadi sebelum, selama, atau setelah Black Death.

Para peneliti juga menganalisis tulang-tulang dari East Smithfield, London, Inggris, yang menjadi area pemakaman massal saat wabah dengan lebih banyak sampel yang berasal dari Denmark.

Temuan paling menonjol dari penelitian itu, yang telah diterbitkan dalam jurnal Nature, adalah mengenai mutasi pada gen yang disebut ERAP2.

Baca juga: Dilanda Wabah Flu Burung Terparah, Inggris Terancam Krisis Ayam Kalkun Jelang Natal

Apabila kita mewarisi mutasi yang tepat, maka kita memiliki kemungkinan 40 persen selamat dari wabah.

“(Mutasi) itu berpengaruh sangat besar, sangat mengejutkan menemukan sesuatu seperti itu dalam genom manusia,” kata Profesor Luis Barreiro dari Universitas Chicago, Amerika Serikat sebagaimana dilansir BBC Indonesia.

Gen itu berperan menghasilkan protein yang dapat membunuh mikroba penyerang dan memberi sinyal kepada sistem kekebalan sehingga bisa bekerja lebih efektif dalam mengenali dan menetralisir patogen.

Namun gen itu terdiri dari beberapa versi yang berbeda. Ada yang bekerja dengan baik, tapi ada pula yang tidak memengaruhi apa pun. Anda mewarisinya dari orang tua.

Peneliti ini menganalisis gigi kuno yang mengandung DNA yang telah terdegradasi.

UNIVERSITAS MCMASTER via BBC INDONESIA Peneliti ini menganalisis gigi kuno yang mengandung DNA yang telah terdegradasi.

Baca juga: Mengapa Kasus Cacar Monyet Tiba-tiba Muncul di Seluruh Dunia, Mungkinkah Ada Mutasi Virus?

“Seleksi alam terkuat”

Orang-orang yang beruntung dan berpeluang besar selamat dari pandemi Black Death mewarisi versi gen yang berfungsi baik dari ibu dan ayah mereka.

Mereka kemudian juga mewariskan mutasi yang bermanfaat itu ke anak-anak mereka sampai akhirnya lebih banyak orang memilikinya.

“Jumlahnya sangat besar, ada pergeseran 10 persen dalam dua sampai tiga generasi. Ini adalah seleksi alam terkuat terhadap manusia sejauh ini,” kata ahli genetika evolusi Profesor Hendrik Poinar dari Universitas McMaster, Ontario, Kanada.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Warga Thailand Pakai Boneka Doraemon dalam Ritual Panggil Hujan, Kok Bisa?

Warga Thailand Pakai Boneka Doraemon dalam Ritual Panggil Hujan, Kok Bisa?

Global
Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Global
88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

Global
Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Global
Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Global
Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Global
Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Global
Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Global
Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Global
Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: '150.000 Tentara Rusia Tewas' | Kremlin Kecam Komentar Macron

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: "150.000 Tentara Rusia Tewas" | Kremlin Kecam Komentar Macron

Global
Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com